Back

Parkir Vertikal Alternatif Parkir di Kota Malang

Dr.Ir. Nusa Sebayang, MT (kiri) bersama penyiar Idjen Talk (tengah), dan Diah Ayu Kusumadewi (kanan). (Foto: Istimewa)

 

 

Rencana Pemerintah Kota Malang untuk membangun parkir vertikal (vertical parking) menjadi perbincangan hangat dalam Idjen Talk, City Guide FM, Rabu (10/4/19). Rencana ini dikuatkan pernyataan Diah Ayu Kusuma Dewi, Asisten 2, Pemkab Malang. Menurutnya, sudah ada tiga negara yakni Jerman, Cina, dan Singapura yang menyambut baik rencana tersebut. “Wali Kota Malang menggagas parkir vertikal, namun perkembangannya masih dalam kajian. Ajakan kerjasama perhitungkan dengan melihat budget yang ada,” terang Diah. Bahkan menurut Diah rencana pembangunan parkir vertikal sudah masuk dalam RBJMB dan rencana tata ruang kota.

Parkir vertikal memang menjadi salah satu solusi bagi Pemkot Malang. Mengingat lahan parkir di Kota Malang yang terbatas, sedangkan jumlah kendaraan semakin hari semakin bertambah. Parkir yang sering meluber ke badan jalan memicu kemacetan dibeberapa ruas jalan. Apalagi status Kota Malang sebagai pusat bisnis juga memiliki destinasi wisata kampung tematik. Salah satunya yang menjadi sorotan adalah kawasan Kampung Heritage Kayu Tangan.

Sementara, parkir yang diterapkan selama ini masih menggunakan parkir sistem seri atau pararel di pinggir-pinggir jalan. Hal ini ikut disoroti oleh Dr.Ir. Nusa Sebayang, MT pakar transportasi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Menurutnya, Kota Malang lahan parkirnya sangat terbatas. Parkir dengan sistem horison (pararel/seri) sangat sulit diterapkan dengan lahan sempit sedangkan jumlah kendaraan banyak. “Cocoknya memang parkir vertikal, tapi akan berdampak pada cost (biaya) yang lebih mahal. Memang perlu ada kajian panjang untuk mewujudkan ini (parkir vertikal),” ujarnya, menanggapi rencana Pemkot Malang.

Menurut Nusa, parkir vertikal memang membutuhkan kajian, mulai studi kelayakan, penyusunan DED (Detail Engineering Design), keamanan dan kekuatan rancangan. Setelah beroperasi, masih ada analisis dampak lalu lintas. Jarak perjalanan antara tempat parkir dan obyek tujuan, prediksi jenis kendaraan yang akan parkir juga harus dikaji. “Harus memetakan kawasan yang nantinya bisa dilayani oleh tempat parkir itu sendiri. Ini semua dianalisis, jadi akan diketahui berapa space yang diperlukan. Kalau gedung maka berapa tingkat yang dibutuhkan dan yang diperbolehkan. Mengingat harus memperhitungkan tingkat keamanannya juga,” tambah alumnus doktoral UB ini.

 

Suasana kawasan parkir roda dua di kampus I ITN Malang dengan menggunakan parkir vertikal dua lantai. (Foto: itnnews)
Suasana kawasan parkir roda dua di kampus I ITN Malang dengan menggunakan parkir vertikal dua lantai. (Foto: itnnews)

 

Kajianpun menurut Nusa tidak sesederhana itu, kelayakan ekonomi juga harus diperhitungkan. Perlu diukur juga jumlah pengunjung perhari, serta biaya maintenance. Ini bisa disimulasikan, menghitung berapa tarif yang harus dikenakan agar investasi tetap berjalan. Tak kalah penting juga adalah kesadaran masyarakat harus turut dibangun.

Nusa menambahkan, wacana parkir vertikal menjadi hal baru dan cocok diterapkan bagi Kota Malang. Mengingat potensi kunjungan wisata ke Kota Malang sangat tinggi, terlebih lagi Kota Malang memiliki kawasan heritage. “Masyarakat juga jangan hanya berkomentar ini (tarif parkir) mahal. Coba bersama-sama kita lihat bagaimana proses membangun serta benefit-nya. Kita harus rasional, kalau semua didemo maka kita tidak akan maju. Ide ini mari kita dukung sehingga Malang menjadi lebih baik lagi,” ujarnya, imbas dari banyaknya pengunjung pun nantinya akan meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Malang. (me/humas)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023