Back

Konstruksi Banyak Gunakan Beton, Teknik Sipil ITN Malang Dorong Mahasiswa Inovasi Teknologi Beton

Dr. Yosimson P Manaha, ST., MT dosen Teknik Sipil ITN Malang Ahli Bidang Rekayasa Struktur, memberikan kuliah tamu Ecive 2021 secara virtual, Sabtu (24/04/2021). (Foto: Tangkapan layar zoom meeting Ecive 2021)


Malang, ITN.AC.ID – Seiring perkembangan jaman, pembangunan insfrastruktur di berbagai bidang terus mengalami kemajuan. Kemajuan ini juga berdampak pada kemajuan perkembangan teknologi beton dan kontruksi. Apalagi dewasa ini sebagian besar kontruksi menggunakan teknologi beton, karena penggunaannya yang mudah dan mampu menjangkau sampai pelosok daerah. Hal ini disampaikan oleh Ir. Ari Wibisono, ST.,MT.,Ph.D dosen Teknik Sipil Universitas Brawijaya pada kuliah tamu Ecive 2021 Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.

“Biaya penggunaan beton lebih murah dari pada baja. Beton bisa dipakai hampir disemua dunia kontruksi sedangkan baja tidak. Khsusnya untuk gedung-gedung yang low risk sampai mediun risk. Kalau sudah high risk, maka baja akan memegang alih,” ujar Ari pada kuliah tamu yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (24/04/2021).

Ir. Ari Wibisono, ST.,MT.,Ph.D dosen Teknik Sipil Universitas Brawijaya Ahli Bidang Struktur saat menerangkan materi kuliah tamu pada kegiatan Himpunan Mahasiswa Sipil ITN Malang. (Foto: Tangkapan layar zoom meeting Ecive 2021)
Ir. Ari Wibisono, ST.,MT.,Ph.D dosen Teknik Sipil Universitas Brawijaya Ahli Bidang Struktur saat menerangkan materi kuliah tamu pada kegiatan Himpunan Mahasiswa Sipil ITN Malang. (Foto: Tangkapan layar zoom meeting Ecive 2021)

Menurut Ari, beton banyak digunakan karena mudah dan murah dari pada baja. Namun sayangnya, meski beton lebih kuat dalam hal tekan, tapi lemah dalam hal tarik. Untuk itu, saat pemakaian beton perlu ditambah tulangan baja sehingga beton lebih kuat dalam hal tekanan dan tarikan. Kelebihan lainnya beton bisa dicetak dalam bentuk apapun serta dimodel indah. Ini yang tidak bisa dimiliki oleh baja, karena baja harus melalui fabrikasi di pabrik baja.

“Sehinga beton bisa melakukan penetrasi hingga kepelosok daerah dengan teknologi yang tidak perlu setinggi baja. Orang awan bisa melakukan, kalau dengan baja harus melalui fabrikasi. Hanya saja untuk bangunan tinggi memang menggunakan teknologi baja, bukan teknologi beton. Beton lebih leman dari pada baja. Perbandingannya baja 8-10 kali lebih kuat dari pada beton,” terang dosen Ahli Bidang Struktur ini. Untuk itu diperlukanlah penelitian-penelitian mengenai teknologi beton khususnya oleh akademisi.

Bertajuk “Perkembangan Teknologi Beton Terhadap Teknologi Material Tambahan dan Campuran”, kuliah tamu juga menghadirkan dua pemateri lainnya, yakni Dr. Yosimson P Manaha, ST.,MT dosen ITN Malang dan Asep Saepudin dari PT Master Builders Solutions Indonesia.

Baca juga: I Wayan Mundra: Sistem Drainase Alami Kota Malang Aman, Tapi Masih Banjir

Dr. Yosimson P Manaha, ST.,MT membagikan inovasi-inovasi penelitian yang bisa dikembangkan oleh peserta kuliah tamu yang kebanyakan adalah mahasiswa Teknik Sipil dari berbagai universitas. Meskipun begitu, kuliah tamu kali ini juga diikuti oleh pelajar dari SMK/SMA peserta kompetisi Ecive 2021.

“Dewasa ini banyak penelitian yang menggunakan bahan tambahan pada campuran beton. Seperti pengaruh penambahan serat ijuk terhadap sifat mekanik beton. Kalau untuk beton besar agak kesulita ya, karena mencari ijuk yang begitu banyak susah,” kata Yosimson.

Untuk contoh penelitian lainnya mahasiswa bisa memanfaatkan bahan tambahan seperti, pozzolith 501 HE, slag, serbuk gelasih tegel keramik (reduksi semen), batu apung, batu apung dan sekam padi, abu sekam padi dan zat adiktif bestmittel 0,5%, serat daun nanas, serat pisang, serat kawat bendrat, serat dari ressam, reduced water dan accelerated admixture, plasticizer, abu terbang flay ash dan zat adiktif, serat polypropylene, lateks dan serat rambut, abu sekam padi dan besmittel, serat bambu, kawat bendrat, cangkang biji karet, larutan gula dan abu arang briket, abu batang pisan, limbah plastik HDPE, dan masih banyak lagi.

Baca juga:  Lima Finalis Berbagai Kampus Berlomba Paparkan Inovasi Bahan dan Teknologi Beton di ITN Malang

“Ini contoh-contoh penelitian, hanya membutuhkan waktu tiga bulan (penelitian). Silahkan yang berminat bisa dikembangkan. Untuk penggunaan batu apung nantinya lebih condong ke beton ringan. Sementara kalau penelitian memakai serat daun nanas yang cukup banyak, juga kesulitan. Untuk penelitian kuat tekan dan kuat tarik lentur beton dengan serat kawat bendrat, kalau tidak salah per kilo gram harganya 18 ribu rupiah, ya memang cukup mahal,” terang Ahli Bidang Rekayasa Struktur ini.

Sementara, untuk mendapatkan beton mutu tinggi dan berkinerja tinggi ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Seperti, mengurangi proporsi beton dengan cara mengurangi air dalam adukan beton, menambahkan aditif mineral seperti silica fume atau abu terbang, menambahkan serat (beton berserat), beton dengan pemadatan mandiri (Self Compacting Concrete/SCC).

“Silica fume, campuran beton untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Misal untuk kolom struktur, dinding geser, beton prategang dan lain-lain. Waktu kuliah dulu saya pernah meneliti dan hasilnya bagus, dengan komposisi yang tepat kekuatannya bisa sampai 70-80 bahkan 100 Mpa,” pungkasnya. (mer/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023