Back

Lulusan Teknik Kimia Tambah Kualitas Kefir dengan Sari Apel Malang

Jim Mualimin lulusan terbaik Teknik Kimia S-1 ITN Malang pada wisuda ke-66 periode II tahun 2021. (Foto: Yanuar/humas)  


Malang, ITN.AC.ID – Susu kefir merupakan jenis probiotik yang kaya akan manfaat. Seperti meningkatkan kekebalan tubuh, baik untuk pencernaan, mencegah dan memerangi kanker, membantu detoksifikasi racun, mencegah alergi dan asma, meningkatkan toleransi laktosa, mengontrol berat badan, dan masih banyak yang lainnya.

Untuk itu, upaya peningkatan kualitas susu kefir terus dilakukan. Salah satunya dengan menambahkan sari buah apel malang. Hal inilah yang dilakukan oleh Jim Mualimin, lulusan terbaik Teknik Kimia S-1 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Susu kefir dibuat dari campuran fermentasi susu sapi dan biji/bibit kefir yang ditambah dengan sari buah apel malang. Tujuannya untuk mengetahui kualitas dari kefir setelah ada penambahan sari buah apel malang.

“Saya mencoba membuat inovasi dengan menambah sari buah apel ke dalam susu kefir. Selain meningkatkan kualitas susu kefir, juga membantu meningkatkan nilai jual dari buah apel malang. Karena yang saya manfaatkan adalah buah apel yang kecil-kecil,” kata Jim, pemilik IPK 3.70, saat ditemui di ruang Humas ITN Malang beberapa waktu lalu.

Buah apel malang sebelumnya dicuci bersih kemudian dipotong dadu. Sebelum di juicer, apel di blanching (direbus dalam waktu singkat/sebentar) tidak lebih dari 2 menit atau tidak sampai mendidih dengan suhu sekitar 60 derajat Celcius.

“Blanching ini gunanya untuk menjaga warna dari apel supaya tidak terjadi browning (kecoklatan). Sehingga kandungan dari vitamin dan antioksidan dari apel tersebut tidak rusak. Setelah di juicer, kemudian diambil sarinya dengan cara disaring untuk memisahkan padatan,” jelasnya, yang dibimbing oleh dosen pembimbing Dwi Ana Anggorowati, ST MT.

Selanjutnya, campurkan bibit kefir ke dalam 100 ml susu dalam suatu wadah. Kemudian dengan variabel volume yang berbeda (0 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, 25 mL) tambahkan sari apel pada masing-masing kefir tersebut. Dengan memakai tiga variabel waktu fermentasi yakni 12 jam, 18 jam, dan 24 jam.

Untuk perbandingan antara sari apel dalam persen volume (0%, 10%, 15%, 20%, 25%) per 100 mL susu. Jadi, misalkan untuk variabel 10% dari 100 mL didapatkan 10mL sari apel yang akan di tambahkan. Kemudian dianalisa dari kandungan vitamin C, antioksidan, serta kandungan bakteri asam laktatnya. Asam laktat ini berguna untuk menjaga kesehatan saluran cerna.

Baca juga : Waktunya Berkarya ! Membuat Lilin Hias yang Cantik dan Harum

Dari kedua variabel tersebut didapat hasil terbaik adalah pada penambahan sari apel 25% dengan waktu 24 jam fermentasi, dengan pH 3,93, antioksidan 12,83%, kadar vitamin C 125,68 mg/100, uji hedonik 4, jumlah koloni bakteri asam laktat 21 x 106 dan tidak terdapat bakteri E Coli.

Jim Mualimin memotong buah apel malang untuk dijadikan sari apel di laboratorium Teknik Kimia S-1 ITN Malang. (Foto: Istimewa)

“Susu kefir tanpa penambahan rasanya asam. Dengan penambahan sari apel malang maka rasa kefir lebih manis dan beraroma apel. Saya juga menguji organoleptik atau uji indra dengan 25 orang panelis. Dan mereka lebih suka kefir pada variable 25% karena rasanya lebih manis,” jelas pria asal Nusa Tenggara Barat ini. Selain manis, warnanya lebih sedikit coklat mengikuti warna sari apel dan baunya beraroma enak. Kefir ini disarankan 2 minggu penyimpanan di dalam kulkas.

Selain penelitian susu kefir sebagai syarat tugas akhir, Jim juga menyusun skripsi dengan judul Pra Rencana Pabrik Aluminium Sulfat Dari Bauksit Dengan Proses Dorr. Jim merancang pabrik untuk memenuhi kebutuhan aluminium sulfat di Indonesia. Pabrik ini dirancang memiliki kapasitas 80.000 ton/tahun dan mulai beroperasi pada tahun 2025. Model operasi yang diterapkan adalah sistem kontinyu dengan waktu operasi 330 hari/tahun dan 24 jam/hari. Utilitas yang digunakan meliputi air, steam, bahan bakar, dan listrik.

Baca juga : Pentingnya Implementasi HACCP dalam Industri Produk Makanan

“Bahan baku semua berada di Indonesia, seperti bauksit dari asam sulfat. Proyek pabrik rencananya dibangun di Kawasan Industri Mitra Karawang, Jawa Barat karena dekat dengan pelabuhan dan jalan tol. Jadi, memudahkan pengiriman bauksit dari Kalimantan ke Karawang lewat Pelabuhan. Sedangkan pengiriman asam sulfat dari Jakarta bisa menggunakan jalan tol,” tandas putra pasangan Juanda M. Hasan dan Yeti Kusmiati ini. Untuk pra rencana pabrik Jim dibimbing oleh Mohammad Istnaeny Hudha, ST MT. (me/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023