Back

Elvianto Dwi Daryono Teliti Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit hingga jadi Doktor

Dr. Elvianto Dwi Daryono, ST, MT, Doktor Bidang Teknik Mesin (Konversi Energi), Dosen Teknik Kimia S-1, ITN Malang. Meneliti Proses Interesterifikasi Minyak Kelapa Sawit Menjadi Biodiesel (Fatty Acid Methyl Esters) dengan Bio-katalis Senyawa Aromatik. (Foto: Istimewa)


Malang, ITN.AC.ID – Permintaan akan bahan bakar khususnya solar semakin tinggi, sejalan dengan kemajuan Indonesia dalam sektor transportasi. Disisi lain, pasokan solar dari bahan fosil semakin terbatas, yang membuat harga solar cenderung naik. Maka, biodiesel memiliki peluang yang besar sebagai alternatif pengganti solar. Apalagi Indonesia kaya akan berbagai macam tanaman.

Biodiesel dari tanaman inilah yang menjadi minat Dr. Elvianto Dwi Daryono, ST, MT, Dosen Teknik Kimia S-1, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Elvianto meneliti biodiesel berbahan minyak kelapa sawit dengan menggunakan biokatalis senyawa aromatik dari minyak cengkeh, dan minyak kayu putih.

“Bahan baku biodiesel bisa bermacam-macam. Bisa dari minyak kelapa sawit, atau minyak jelantah (minyak bekas penggorengan). Yang penting minyak nabati, atau hewani yang mengandung asam lemak,” kata Elvi akrab disapa, saat ditemui di Ruang Humas ITN Malang, awal Juli 2022 lalu. 

Penelitian biodiesel dari minyak kelapa sawit akhirnya membawa Elvi meraih gelar Doktor Bidang Teknik Mesin (Konversi Energi), dari Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Elvi wisuda pada April 2022 lalu.

Minyak kelapa sawit dipilih Elvi karena merupakan minyak nabati yang paling berkualitas, dan secara analisa memenuhi standar bahan baku biodiesel. Apalagi waktu Elvi melakukan penelitian di tahun 2019 bahan baku minyak kelapa sawit masih berlimpah, dengan harga terjangkau.

Baca juga : Open House Teknik Kimia ITN Malang Adakan Tour Lab, hingga Pameran Produk

“Pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan proses interesterifikasi menggunakan bio-katalis senyawa aromatik tahapan prosesnya lebih sederhana, cepat, ekonomis, dan tanpa pemisahan produk samping,” ujar alumnus ’91, Teknik Kimia S-1, ITN Malang ini.

Menurut Elvi, penelitian biodiesel pada umumnya masih melakukan proses pemisahan antara produk samping, dan katalis. Tetapi, dalam proses penelitian Elvi untuk interesterifikasi dengan biokatalis aromatik menghasilkan produk samping berupa triasetin. Triasetin dari produk samping itu berfungsi sebagai bioaditif. Penambahan triasetin < 10% pada biodiesel masih menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas seperti angka setana, densitas, dan viskositas kinematik. 

Dosen Teknik Kimia ITN Malang, Dr. Elvianto Dwi Daryono, ST, MT, pada sidang disertasi secara virtual, dengan penelitian biodiesel berbahan minyak kelapa sawit. (Foto: Istimewa)

“Sebagai bioaditif biodiesel, biokatalis dari senyawa aromatik (minyak cengkeh dan minyak kayu putih) berfungsi sebagai antioksidan. Jadi, tidak perlu pemisahan produk samping, dan biokatalis. Dia (antioksidan) nanti akan meningkatkan stabilitas oksidasi pada biodiesel, sehingga biodiesel akan awet tidak mudah rusak (mencegah reaksi oksidasi),” lanjutnya. Bioaditif merupakan unsur yang berasal dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai aditif untuk meningkatkan kualitas bahan bakar.

Ketika biodiesel tidak ada antioksidannya, maka angka peroksidanya akan naik. Ini diakibatkan pada waktu penyimpanan ada pengaruh dari udara luar, cahaya, air, dan mikroorganisme yang akan merusak komposisi biodiesel. Sehingga dengan adanya antioksidan akan meminimalkan kerusakan pada biodiesel saat proses penyimpanan. 

Dikatakan Elvi, bio-katalis tersebut juga berfungsi untuk mempercepat reaksi. Ketika tanpa katalis pembuatan biodiesel bisa membutuhkan waktu sampai 2 jam. Namun, dengan biokatalis bisa dipangkas menjadi 1 jam.  “Dengan minyak cengkeh ternyata dalam waktu 15 menit sudah mencapai yield yang optimum. Saat menggunakan biokatalis minyak kayu putih yield pada waktu reaksi 75 menit masih terus naik, belum mencapai kondisi optimum. Jadi, masih harus ada penelitian lanjutan kapan mencapai optimum,” bebernya.

Saat ini biodiesel yang sudah beredar dipasaran sudah di blending dengan solar (dari bahan fosil). Kedepannya biodiesel tidak hanya sebagai substitusi solar, namun juga menjadi upaya kepedulian terhadap lingkungan. Pasalnya, penggunaan biodiesel sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan efek rumah kaca, proses pembakaran lebih sempurna dan berasal dari bahan baku dengan kontinuitas terjaga.

Baca juga : Program Strategis, Perkonindo Kota Samarinda Kirim Anggota Kuliah di ITN Malang

“Makanya, konsen penelitian biodiesel harus melalui proses yang benar-benar murah, prosesnya dibuat sederhana, bahan baku semurah mungkin, sehingga harga bisa bersaing dengan solar,” tandas alumnus S-2 ITS Surabaya ini. 

Disertasi Elvi menghasilkan luaran Seminar Internasional di Teknik Kimia Undip 2020, dan International Journal of Advanced Science, Engineering and Information Technology, yang terindeks Scopus Q2. Dengan dosen pembimbing Prof. Ir. I.N.G. Wardana, M. Eng., Ph.D; dosen pembimbing 1 Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, MS, dan dosen pembimbing 2 Dr. Eng. Nurkholis Hamidi, ST., M. Eng. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023