Hari Lahir Pancasila: Pemahaman dan Praktik Ideologi Pancasila Dimulai dari Kampus
Ahmad Fauzi, mahasiswa Teknik Sipil S-1, ITN Malang, angkatan 2018.
Malang, ITN.AC.ID – Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023 mengangkat tema Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global. Lahirnya Pancasila diawali dengan adanya pembentukan dan sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan melalui perdebatan teoritis dan empiris untuk menentukan dasar negara bangsa Indonesia.
Karena dasar negara akan menentukan semangat warga negara untuk mencapai tujuan dan cita-cita suatu bangsa. Hingga pada tanggal 1 Juni 1945 presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno kali pertama menyampaikan pidato mengenai dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Panca artinya lima dan Sila artinya asas. Dalam pidatonya Ir. Soekarno menyampaikan butir-butir Pancasila yang berbunyi sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme, Kemanusiaan atau internasionalisme, Mufakat atau demokrasi, Kesejahteraan sosial, Ketuhanan yang berkebudayaan.
Baca Juga : Praktik Kapitalisme dan Permasalahan Buruh di Indonesia
Dari butir-butir yang disampaikan dalam pidato tersebut kemudian Pancasila kembali dirumuskan oleh panitia kecil (panitia sembilan) dan dituangkan dalam Piagam Jakarta. Dari sinilah teks tersusun dengan runtut: Ketuhanan yang maha esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ketua P2PUTN, Ir. Kartiko Ardi Widodo, MT., Rektor ITN Malang Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D, beserta jajaran rektorat, dan perwakilan mahasiswa ITN Malang foto bersama saat momen Hari Lahir Pancasila Tahun 2023 di kampus 2 ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas)
Kampus Sebagai Instrumen Pemahaman Ideologi Pancasila
Dalam perjalannya, suatu bangsa tentu mempunyai suatu tujuan atau cita-cita untuk dicapai yang kemudian dituangkan dalam sebuah ideologi bangsa. Seperti yang dikatakan oleh Ahmad Dahlan Ranuwiharjo dalam bukunya yang berjudul Menuju Pejuang Paripurna “Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai berdasarkan suatu pandangan hidup untuk mengatur kehidupan negara dalam segi-seginya dan yang disusun dalam sebuah konstitusi (sistem) berikut peraturan-peraturan implementasinya”. Begitupun dengan bangsa Indonesia dengan ideologi Pancasila-nya.
Pancasila sebagai ideologi tentu tidak bisa dipahami hanya pada wilayah tekstual saja, namun harus bisa sampai pada wilayah implementasi. Tentu sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai keberagaman membutuhkan instrumen yang tepat dan masif untuk menanamkan ideologi Pancasila kepada setiap warga negara.
Kampus atau perguruan tinggi menjadi salah satu instrumen yang ideal dalam memberikan pemahaman secara komprehensif, sebab dalam tradisi akademik kampus, pembahasan Pancasila memungkinkan dibahas secara holistik dan filosofis. Kemudian pada tataran kampus potensi keberagaman dan interaksi suku bangsa sangat mungkin terjadi.
Baca juga : Upacara Hardiknas 2023, Rektor Pertegas Dukung Program Merdeka Belajar
Kenapa pemahaman ideologi Pancasila secara holistik dan filosofis harus mulai dari kampus? Karena ketika hanya berhenti pada wilayah tekstual seperti halnya pendidikan formal pra kampus, Pancasila hanya akan berhenti pada kesadaran berpikir individu. Tidak sampai pada kesadaran bertindak individu. Maka, kampus sebagai institusi pendidikan harus mampu memberikan pemahaman melalui kegiatan-kegiatan akademik yang menambah ketajaman pemahaman mengenai Pancasila, dan mampu memfasilitasi kegiatan-kegiatan sebagai bentuk implementasi nilai-nilai Pancasila. Sehingga kampus sebagai institusi yang melahirkan kaum terdidik dan akan terjun ke tengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menjadi problem solver yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila sebagai karakter bangsa Indonesia. (Ahmad Fauzi/Mahasiswa Teknik Sipil ITN Malang)
Pewarta: Ahmad Fauzi, mahasiswa Teknik Sipil S-1, ITN Malang, angkatan 2018. Editor: Mita Erminasari/Humas ITN Malang