Tim PKM-KC ITN Malang Mudahkan Pacasop Bantu Surveyor saat Kehabisan Daya Baterai di Lapangan
Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) pendanaan tahun 2021, Teknik Geodesi S-1 ITN Malang. Kika: Mohammad Dicky Prasetyo, Intan Dhaneswari, Beti Miftahul Karimah, Wulan Kurniasih, dan Mohammad Zulficar. (Foto: Istimewa)
Malang, ITN.AC.ID – Surveyor saat melakukan survei lapangan, khususnya survei topografi membutuhkan alat-alat yang sangatlah banyak, serta dilaksanakan dalam waktu yang panjang. Namun, kendalanya ketika survei pengisian daya baterai Total Station (TS) tidak cukup untuk pengukuran dalam waktu lama. Apalagi, hanya mengandalkan akumulator (aki). TS sendiri adalah alat pengukur jarak dan sudut (horizontal dan vertikal) secara otomatis dalam survei topografi dan pekerjaan geodetik.
Baterai TS dalam sekali pengukuran biasa digunakan seharian, sehingga lekas habis. Keterbatasan akses ke sumber listrik saat melakukan pengukuran di lapangan ini sangat dihindari oleh surveyor. Sementara penggunaan aki memiliki batasan daya dan waktu. Ketika aki habis, maka surveyor akan kembali ke stasiun pengisian daya.
Melihat kendala di atas lima mahasiswa Teknik Geodesi S-1, Institute Teknologi Nasional (ITN) Malang membuat alat pengisi daya baterai portable Total Station menggunakan panel surya. Yang disingkat dengan PACASOP (Portable Battery Charger Using Solar Panels for Total Station). Kelima mahasiswa tersebut adalah: Beti Miftahul Karimah, Mohammad Zulficar, Intan Dhaneswari, Wulan Kurniasih, dan Mohammad Dicky Prasetyo.
“Sebenarnya ini pengalaman kami sendiri. Saya pernah mengalami kehabisan baterai saat melakukan survei di kawasan hutan. Tentu saja, saat kehabisan baterai di hutan sangat merepotkan, dan mengakibatkan tidak efisien dalam pengukuran. Yang bisa kami lakukan adalah kembali ke basecamp untuk mengisi daya baterai,” terang Beti Miftahul Karimah, Ketua Tim Program PKM-KC saat dihubungi lewat sambungan whatsapp beberapa waktu lalu.
Baca juga : Geodesy Goes to School 2021 Kenalkan Teknik Geodesi ITN Malang ke Pelajar
Beti bersama teman-temannya lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC) pendanaan tahun 2021. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kemendikbud Tahun 2021.
Menurut mahasiswi asal Kabupaten Nganjuk ini, Pacasop merupakan sistem yang mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi listrik, yang biasa disebut sistem independen. Energi listrik yang dihasilkan oleh panel surya dapat digunakan langsung ke beban untuk kebutuhan listrik yang ada. Dan, selebihnya akan disimpan di dalam baterai untuk dijadikan sebagai cadangan energi.
“Pacasop kami buat untuk memudahkan surveyor ketika survey di lapangan. Sifatnya portable dan dikemas di dalam koper, sehingga bisa dibawa kemana-mana. Selain itu, penggunaan tenaga surya juga bersifat ramah lingkungan dan bisa digunakan dalam jangka panjang,” imbuh mahasiswi semester lima ini.
Sementara, Mohammad Zulficar menambahkan, Pacasop dibuat menggunakan panel surya dengan konstruksi yang bersifat portable di dalam koper ukuran 22 inch. Pada sisi atas koper dipasang panel surya 20 wp. Kemudian, di dalam koper dipasang stop kontak, akumulator (aki), dan solar charge controller untuk mengatur arus.
Panel surya berfungsi mengubah cahaya matahari menjadi kerja listrik melalui photovoltaic effect. Selanjutnya listrik yang dihasilkan oleh panel surya disimpan pada akumulator. Sementara, solar charge controller berfungsi mengendalikan pengisian muatan akumulator agar proses pengisian tersebut berlangsung pada kondisi yang aman bagi akumulator.
“Untuk menggunakan Pasacop mudah. Kita tinggal membuka koper di bawah sinar matahari, selanjutnya tekan tombol ‘ON’ maka alat akan bekerja,” kata Fikar akrab disapa.
Menurut Fikar, pembuatan Pasacop saat ini sudah mencapai 85 persen. Tim PKM-KC ITN Malang tinggal melakukan uji coba alat untuk mendapatkan waktu pengisian maksimal.
“Kami berharap alat ini bisa membantu surveyor di lapangan, ketika ada kendala kehabisan baterai. Dan kedepannya alat kami bisa dikembangkan dengan ukuran lebih kecil lagi serta mampu menampung lebih banyak daya. Dengan begitu, lebih mudah saat dibawa kemana-mana,” tandas mahasiswa asal Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah ini. PKM-KC Teknik Geodesi ITN Malang dibimbing oleh dosen pembimbing Alifah Noraini, ST MT. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)