Rezkia Anggreini Lakukan Analisis Percepatan Pembangunan Gedung Olahraga dan Kewirausahaan
Rezkia Anggreini lulusan terbaik Teknik Sipil S-1, Fakultas Teknik dan Perencanaan (FTSP) ITN Malang, pada wisuda ke-67 periode I tahun 2022. (Foto: Yanuar Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Proyek pembangunan gedung membutuhkan penjadwalan waktu yang matang. Tujuannya, agar proyek selesai tepat waktu. Namun, terkadang proyek pembangunan gedung juga membutuhkan percepatan untuk tujuan tertentu. Menilik kebutuhan owner, maka Rezkia Anggreini melakukan analisis percepatan waktu dalam proyek pembangunan gedung prasarana olahraga, dan kewirausahaan Universitas Papua, Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
“Saya menganalisis percepatan proyek, dengan tujuan untuk mengetahui apakah proyek tersebut dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang direncanakan,” ujar Kia panggilan akrab Rezkia Anggreini. Kia merupakan wisudawan terbaik Teknik Sipil S-1 Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), pada wisuda ke 67 tahun 2022, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Kia mengangkat percepatan pembangunan gedung di Kabupaten Manokwari, karena pada beberapa studi sebelumnya belum ditemukan ada yang membahas percepatan proyek gedung. Analisa ini juga untuk mengetahui durasi pekerjaan, dan biaya yang diperlukan.
“Kita bersama tahu, bahwa di Papua dan di Jawa pastinya jauh berbeda biaya pembangunan sebuah gedung. Makanya, saya ingin mengetahui seberapa besar biaya proyek di Manokwari,” ujar pemilik IPK 3,56 ini.
Dalam menganalisa awalnya harus mengetahui dahulu nilai normal rencana biaya proyek. Kemudian dianalisis apakah proyek bisa dipercepat atau tidak. Sebuah proyek pembangunan bisa dipercepat ketika ada permintaan dari owner. Misalnya, untuk pembangunan GOR permintaan dipercepat biasanya karena GOR akan segera difungsikan untuk event tertentu. Maka, durasi pembangunannya dapat dipercepat dari durasi normal, sehingga proyek bisa cepat selesai. Namun, dengan percepatan tersebut tentunya akan menimbulkan konsekuensi, yakni adanya penambahan biaya pembangunan.
“Jadi, perlu adanya persetujuan bersama antara kontraktor dan owner, efisien atau tidaknya percepatan tersebut. Setelah dianalisis dilihat dulu bertambahnya biaya. Bertambah besar, atau hanya bertambah sekian persen saja,” lanjut putri putri pasangan Gunari, dan Neny Triani Pujilestari ini.
Kia menggunakan metode crashing untuk menganalisis percepatan pembangunan proyek. Metode crashing merupakan salah satu program yang digunakan untuk mempersingkat durasi kegiatan suatu proyek. Dengan penambahan jam kerja (lembur), dan penambahan tenaga kerja. Pada penambahan jam kerja yaitu dengan menambahkan 3 jam. Metode ini dibantu dengan critical path method (CPM) untuk mengetahui lintasan kritis pada setiap kegiatan proyek.
Dari data sekunder yang diperoleh kemudian dianalisa ke tahap selanjutnya. Yaitu menghitung jumlah tenaga kerja dan biaya pada pekerjaan normal, kemudian dilakukan crash pada kegiatan. Hal ini membandingkan waktu dan biaya pada pekerjaan normal, dengan waktu dan biaya pada pekerjaan yang telah dipercepat.
“Jadi, hasil penelitian saya dari durasi normal yang berkisar 12 bulan pengerjaan proyek, bisa dipercepat menjadi 10 bulan. Kurang lebih 2 bulan dipercepat. Sedangkan selisih biaya sebelum, dan setelah dilakukan percepatan bertambah sebesar 150 juta rupiah dari total biaya normal sebesar 10 milyar. Sehingga totalnya menjadi 10 milyar 150 juta rupiah,” tandasnya. Dara asal Kabupaten Manokwari ini dibawah bimbingan skripsi Ir. Maranatha Wijayaningtyas, ST., M.MT., PhD., dan Ir. Munasih, MT. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)