Antisipasi Krisis Pangan, Rois Dinan Rekomendasikan Diversifikasi Pangan dengan Tiga Tanaman Pangan
Rois Dinan lulusan terbaik Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), ITN Malang, pada wisuda ke-67 periode I tahun 2022. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Gerakan menanam sorgum digulirkan oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Upaya tersebut sebagai antisipasi krisis pangan sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional. Terobosan Pemkab Situbondo ini langsung ditangkap oleh Rois Dinan. Sebagai putra daerah Rois menjadikan isu tersebut sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan strata satu di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Bukan tanpa sebab wisudawan terbaik Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) S-1, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), ITN Malang ini mengangkat diversifikasi pangan di Kabupaten Situbondo. Pasalnya, Perencanaan Wilayah dan Kota memiliki disiplin keilmuan yang cukup luas. Salah satunya adalah perencanaan ekonomi suatu wilayah.
“Salah satunya yang bisa digalakkan adalah dari sektor pertanian dengan diversifikasi tanaman pangan (padi) ke sorgum,” ujar Rois yang ikut diwisuda pada wisuda ke 67 periode I tahun 2022.
Rois tak hanya menganalisa tanaman sorgum, namun ia juga menganalisa semua komoditas tanaman pangan. Dengan menggunakan dua variabel, yakni variabel agroklimat, dan nilai keuntungan usaha tani. Aspek agroklimat dipakai untuk mengukur kesesuaian kondisi iklim, dan fisik dasar lahan pertanian di Kabupaten Situbondo terhadap ragam komoditas tanaman pangan yang sesuai.
Baca juga : Dukung Pembangunan Daerah, Pemkab Malaka Kerjasama dengan ITN Malang
“Agroklimat mengidentifikasi aspek fisik seperti curah hujan, jenis tanah, dan segala aspek keturunanya. Ini aspek dasar yang fundamental untuk menentukan tanaman yang sesuai untuk wilayah Kabupaten Situbondo. Sementara, nilai keuntungan usaha tani ada kaitannya dengan aspek perekonomian. Akan percuma jika salah satu tanaman sesuai, tapi keuntungan defisit. Tentunya petani tidak akan mau menanam,” jelas pemilik IPK 3,78 ini.
Dalam penelitiannya Rois menguji tiga kelompok tanaman, serealia (biji-bijian), kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Kemudian, dari masing-masing kelompok diambil satu pemenang. Dari serealia didapat tanaman sorgum, kacang arab pemenang dari kelompok kacang-kacangan, dan dari umbi-umbian diperoleh yang terbaik adalah porang. Ketiga tanaman tersebut memiliki kesesuaian iklim wilayah Kabupaten Situbondo, dan memenuhi keuntungan dalam usaha tani.
“Ketiga jenis tanaman ini sangat cocok, dan bisa menjadi bahan rekomendasi untuk diversifikasi pangan di Kabupaten Situbondo. Sekaligus dalam penelitian saya juga menetapkan kecamatan-kecamatan mana saja yang paling cocok dan sesuai untuk menanam tanaman-tanaman tersebut,” ungkap putra pasangan Drs. Sugiyono M.Pdi, dan Sri Wahyuni.
Kendati sorgum, kacang arab, dan porang memiliki keunggulan dari aspek agroklimat, dan nilai keuntungan usaha tani, namun frekuensi petani yang mengetahui ketiga tanaman tersebut masih sangat minim. Disamping itu, tidak mudah meminta petani beralih ke usahatani lain. Hal ini dikarenakan pengetahuan, dan kepastian pasar dari ketiga tanaman tersebut. Petani lebih memilih bertanam padi, dan jagung yang memiliki kecenderungan cukup pasti walaupun nilai keuntungannya tidak sebesar ketiga tanaman tersebut.
Baca juga : Dosen ITN Malang Petakan Teknologi Tepat Guna di Malang Selatan
“Harapan dari penelitian ini semoga berguna bagi ketahanan pangan. Apabila padi terus diproduksi sementara luas lahan mengalami penurunan, maka diversifikasi pangan menjadi jalan keluarnya. Walaupun ketiga tanaman alternatif tersebut sulit untuk dikonsumsi masyarakat, setidaknya bisa dibudidayakan sehingga bisa di ekspor dan memberikan laba. Sukur-sukur masyarakat bisa mengkonsumsi,” harap Rois. Tentunya untuk menjadikan tanaman tersebut menjadi bahan pokok akan membutuhkan penelitian lebih lanjut. Untuk skripsinya Rois dibimbing oleh Arief Setiyawan, ST, MT, dan Widiyanto Hari Subagyo Widodo, ST., MSc. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)