Peserta Trial Class Belajar 3D Printing di Teknik Industri ITN Malang
Gavriel Wilibobvan asisten Lab. Analisa Perancangan Sistem Informasi (APSI), Teknik Industri ITN Malang sedang mempraktekkan mesin 3D printing bersama peserta trial class. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Sebanyak 23 siswa terlihat mengamati teknologi mesin yang mencetak objek 3 dimensi. Terbagi dalam dua kelompok mereka praktek membuat gantungan kunci dengan teknologi 3D printing (printer tiga dimensi). Kegiatan ini menjadi bagian dari trial class Prodi Teknik Industri S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Dilaksanakan di Laboratorium Analisa Perancangan Sistem Informasi (APSI), Gedung Teknik Industri, Kampus 2 ITN Malang, Kamis, (06/06/2024).
Trial class mengangkat materi “Sketchup dan 3D Printing”. Diikuti siswa aktif SMA/SMK maupun yang baru lulus dari berbagai sekolah baik dari Malang maupun luar Malang. Seperti Probolinggo, Bangil Pasuruan, Nganjuk. Bahkan juga dari luar pulau seperti Sanggau Kalimantan Barat, Wita Ponda Morowali Sulawesi Tengah, dan Samarinda. Hadir pula dalam kesempatan tersebut Wakil Dekan 3 FTI ITN Malang, Drs. Sumanto M.Si, dan beberapa dosen teknik industri.
Kaprodi Teknik Industri S-1 ITN Malang, Dr. Ir. Iftitah Ruwana, MT., menyatakan, peserta trial class jumlahnya melebihi ekspektasi. Antusiasme ini menunjukan keingintahuan dan minat masyarakat terhadap informasi teknik industri.
Menurut Iftitah, lewat trial class prodi ingin mengenalkan seputar teknik industri, khususnya Teknik Industri ITN Malang. Teknologi sketchup dan 3D printing sangat familiar digunakan di dunia industri untuk mendesain produk. Sketchup merupakan program grafis yang paling tepat untuk membuat desain dalam tampilan 3 dimensi untuk membuat desain produk. Manfaat menggunakan aplikasi ini yaitu, mendesain 3D produk manufaktur, membuat berbagai model arsitektur, untuk desain film dan game, dan bisa juga menampilkan model di Google Earth, dan 3D Warehouse.
Sementara rapid prototyping dengan pencetakan 3D merupakan metode pembuatan model prototipe produk. 3D printing ini kelebihannya bisa menghasilkan model skala yang akurat, menciptakan rakitan produk secara cepat, serta dapat menguji desain produk sebelum produksi massal.
Baca juga : Prof. Julianus Hutabarat: Teknik Industri Memiliki Poin Plus dibanding Jurusan Lain
“Jadi peserta akan diberi pemahaman seputar materi sketchup, dan 3D printing. Mereka juga diajak membuat produk. Karena waktunya singkat, maka prakteknya nanti membuat produk gantungan kunci berbentuk gir,” katanya. Untuk mengapresiasi peserta prodi juga menyiapkan beberapa hadiah bagi penanya dan juga memberikan benefit DPP 30 persen bagi peserta yang melanjutkan studi ke ITN Malang.
Adanya teknologi 3D printing telah dimanfaatkan di berbagai sektor. Tidak hanya di dunia industri, teknologi 3D printing juga digunakan dalam bidang arsitektur, makanan, fashion, medis, otomotif, dan lain sebagainya.
Kaprodi Teknik Industri S-1 ITN Malang, Dr. Ir. Iftitah Ruwana, MT., (depan Tengah) bersama dosen dan peserta trial class. (Mita/Humas ITN Malang)
Untuk pemateri trial class adalah Gavriel Wilibobvan yang akrab disapa Bobby, asisten Lab. APSI. Mahasiswa semester 6 ini mulai menjelaskan materi sketchup sekaligus praktek membuat desain. Desain dari sketchup inilah yang nantinya akan dicetak di 3D printing.
Menurutnya, semua desain teknik industri bisa diarahkan ke 3D printing. Untuk membuat desain selain memakai sketchup juga bisa memakai autodesk inventor, maupun solidwork. Setelah desain terbentuk 3D kemudian dilanjutkan ke aplikasi cura. Fungsinya untuk mengganti format ke STL/OB.
“Karena mesin 3D hanya bisa format STL di aplikasi cura. Umumnya yang dipakai memang cura. Di cura kita bisa memperkecil atau besar gambar, serta tata letak atau posisi saat printing bekerja. Sekaligus juga untuk memformat mau mencetak 4 biji atau 1 biji. Setelah dari cura formatnya diubah lagi menjadi gcode. Baru nanti proses printing,” jelasnya. Untuk membuat gantungan kunci kecil 3D printing membutuhkan waktu bekerja sekitar 10-15 menit.
Dikatakan Bobby, memakai 3D printing sangat efektif dibanding dengan mencetak secara manual. Cetak manual lebih banyak material sisa potongan yang terbuang. Waktu pengeringannya juga lebih lama, belum lagi hasil produk bisa kekecilan atau kebesaran.
“Nah, 3D printing ini lebih simpel. Hasilnya lebih bagus, dan halus. Saat mesin bekerja kita juga bisa melakukan aktifitas yang lain,” katanya.
Baca juga : Ada Nasi Bakar dan Wonton, Bazar Technopreneurship Teknik Industri Dorong Lahirnya Entrepreneur
Trial class ini mendapat apresiasi dari Akbar Ismail siswa SMK 1 Singosari. Biasanya di sekolahan ia fokus pada jurusan permesinan yang memperbaiki, mengoperasikan mesin bubut, dan CNC. Namun saat mendapat informasi trial class ia tertarik untuk mengetahui seluk beluk teknik industri.
“Kepo, ingin melihat-lihat jurusan yang lain, karena saya juga mekanik industri. Setelah ikut ini jadi menambah wawasan khususnya 3D printing,” katanya. Akbar menjadi salah satu peserta trial class yang mendapat doorprize dari pertanyaannya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)