Kompetisi Jembatan Teknik Sipil ITN Malang Undang Pakar Praktisi dan Akademisi
Finalis Bridge Design Competition (BDC), Ecive, National Civil Fest 2024, ITN Malang datang dari berbagai universitas. (Foto: HMS)
Malang, ITN.AC.ID – Jembatan merupakan suatu konstruksi pelengkap dalam sistem transportasi jalan. Bagi mahasiswa teknik sipil pastinya sangat akrab dengan konstruksi jembatan. Mendesain jembatan inilah yang lombakan dalam Bridge Design Competition (BDC), Education of Civil Engineering (Ecive), pada gelaran National Civil Fest 2024, Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HMS), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang).
Sebanyak 5 tim mahasiswa teknik sipil dari berbagai kampus adu kebolehan presentasi di depan juri, di Kampus 1 ITN Malang, Sabtu (15/06/2024). Mengusung tema “Iconic, Optimum, and Efficient Bridge Design with Modern Innovation for Sustainable Development”. BDC diharapkan menjadi wadah mahasiswa untuk merancang jembatan yang ikonik, optimum, serta efisien untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Sebagai tim juri adalah dari pakar praktisi dan akademisi. Yakni, Ainul Mustafid, dari PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI), dan Ir. Hadi Surya Wibawanto Sunarwadi, ST., MT., IPP dosen Teknik Sipil S-1 ITN Malang.
Ainul Mustafid mengatakan, sejauh penilaiannya secara keseluruhan tim BDC cukup baik dalam menyampaikan presentasi. Menurutnya dalam kompetisi mahasiswa harus melek dengan metode pelaksanaan, dan penerapannya. “Kalau di kampus yang diajarkan teori, padahal praktek di lapangan sangat diperlukan. Disini mereka menemukan masalah yang harus mereka pecahkan. Secara overall untuk penyajian presentasi hari ini sudah cukup bagus,” katanya.
Baca Juga : National Civil Fest 2024 Ajang Mahasiswa Sipil Berinovasi dan Mengembangkan Keorganisasian
Sebagai praktisi Afid panggilan akrab Ainul Mustafid memberi saran bagi tim mahasiswa yang ingin ikut kompetisi khususnya desain jembatan untuk memperhatikan beberapa hal. Seperti, memilih model dan jenis jembatan harus melalui kajian terhadap pemahaman lokasi jembatan yang dimodelkan. Termasuk menganalisa secara detail struktur bawah dan atas, serta dampak dari desain.
Tim juri Bridge Design Competition (BDC), National Civil Fest 2024, ITN Malang. Ainul Mustafid, dari PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) (tengah), bersama Ir. Hadi Surya Wibawanto Sunarwadi, ST., MT., IPP dosen Teknik Sipil S-1 ITN Malang (kiri), dan panitia. (Foto: HMS)
“Yang terpenting dan harus diperhatikan di awal adalah metode pelaksanaan, karena akan berujung pada keseluruhan pemilihan analisa. Dari konsep pemilihan desain, pemahaman terhadap situasi, dan pelaksanaanya juga harus jelas,” ungkapnya.
Ir. Hadi Surya Wibawanto Sunarwadi, ST., MT., IPP., dosen Teknik Sipil S-1 ITN Malang sebagai pakar akademisi menambahkan, lomba BDC menjadi simulasi nyata perencanaan jembatan. Di sini juri tidak hanya menilai, namun juga terjadi diskusi komprehensif (luas, menyeluruh, teliti dan meliputi banyak hal) dengan peserta. Sebagai tim juri mereka tidak hanya menuntut dan mengoreksi hasil kerja dan karya peserta lomba. Tim juri berharap munculnya ide-ide inovatif dari segi analisis atau justifikasi teknis terkait teori, visibilitas metode konstruksi di lapangan, dan kendala yang mungkin dihadapi.
“Kami selaku tim juri sangat puas terhadap karya seluruh tim. Untuk menjadi pemenang dalam kompetisi kami mengharapkan tim tidak hanya mampu menguasai teori, namun juga mampu menguasai metode kerja serta peka terhadap Kesehatan Keselamatan Kerja (K3), dan dampak lingkungannya,” harap Hadi yang juga memberi apresiasi kepada dosen pembimbing dari masing-masing tim.
Salah satu tim yang lolos final BDC adalah Tim Gama Vincent dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan anggota Roy Rinatza Zain, Ghulam Ruchdin, dan Vinsensius Ivan Raditya. Mereka membuat jembatan yang diberi nama Widya Kerta, yang bermakna jembatan yang menghubungkan ilmu pengetahuan dan kebaikan antar warga. Tipe jembatannya adalah truss (jembatan rangka batang), terdiri dari struktur atas, bawah, dan tengah.
Vinsensius Ivan Raditya atau akrab disapa Radit mengatakan, inovasi jembatannya terbagi tiga, struktural, metode konstruksi, dan metode perawatan. Struktural menggunakan aplikasi sambungan baut dan las, untuk efisiensi biaya dan waktu. Sambungan titik menggunakan Metode Elemen Hingga merupakan salah satu metode numerik. Serta metode sliding dimana secara metode konstruksi belum umum digunakan di Indonesia. Untuk Metode perawatan salah satu inovasi yang ditonjolkan ada pada bagian sensor-sensor struktural. Dimana menurutnya banyak orang yang tidak memiliki data harga sensor.
Baca juga : National Civil Fest 2024 Ajang Mahasiswa Sipil Berinovasi dan Mengembangkan Keorganisasian
“Kebetulan dosen pembimbing kami punya data tersebut, sehingga kami dapat harga spesifikasi sensor. Jadi tidak asal menaruh sensor, tapi sesuai konstruksi dan tempat yang tepat. Dengan adanya sensor performa jembatan bisa dipantau secara real time. Sehingga dengan metode ini kami mengefisienkan harga sensor menjadi 2,4 persen dari total harga jembatan 26,7 Miliar,” jelasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)