Back

Ruang Dapur Poncokusumo Bawa Dosen Arsitek Lolos Disertasi

Dr Debby Budi Susanti, ST MT, Dosen Arsitektur S-1 ITN Malang. (Foto: Istimewa)


Malang, ITN.AC.ID – Penempatan ruang dapur pada masyarakat pedesaan biasanya diletakkan di bagian belakang dari rumah. Uniknya ketika di masyarakat kebanyakan ruang dapur berfungsi hanya sebagai ruang privat, namun beda bagi masyarakat Poncokusumo. Ruang dapur selain sebagai ruang privat juga berfungsi untuk menerima tamu.

Keunikan inilah yang diangkat oleh dosen Teknik Arsitektur Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Dr Debby Budi Susanti, ST MT, untuk memenuhi desertasi pada Program Doktoral Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Debby dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan setelah melewati tahap ujian terbuka pada akhir Januari 2021 yang lalu.

Ujian terbuka disertasi Dr Debby Budi Susanti, ST MT, Dosen Arsitektur S-1 ITN Malang (kiri atas). (Foto: Tangkapan layar YouTube Teknik Sipil FT UB)
Ujian terbuka disertasi Dr Debby Budi Susanti, ST MT, Dosen Arsitektur S-1 ITN Malang (kiri atas). (Foto: Tangkapan layar YouTube Teknik Sipil FT UB)

Debby mengangkat penelitian dengan tema “Dinamika konsepsi ruang dapur dalam konfigurasi ruang hunian masyarakat di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang”. Ia tertarik dengan konfigurasi ruang hunian masyarakat Poncokusumo khususnya ruang dapur. Di masyarakat Poncokusumo ruang dapur tidak hanya sebagai ruang mengolah makanan (memasak), tetapi juga sebagai ruang komunal (ruang keluarga), serta tempat menerima tamu.

“Saya melihat keunikan ruang dapur di masyarakat Poncokusumo, bahwa dapur juga bisa digunakan untuk menerima tamu. Karena selama ini (di masyarakat) yang ada ruang dapur selalu diletakkan di belakang sebagai ruang yang kotor, tertutup pandangan, dikesampingkan dan sebagainya,” ungkap dosen sekaligus Sekretaris Program Studi Arsitektur S-1 ITN Malang ini.

Awalnya alumnus S-1 Arsitektur ITN Malang ini akan melakukan penelitian di seluruh desa (17 desa) di wilayah Kecamatan Poncokusumo. Namun, karena kondisi pandemi Covid-19 Debby kesulitan mendapatkan ijin akses ke rumah masyarakat. Akhirnya penelitian hanya dilakukan ditiga desa yakni, Desa Pandansari, Desa Belung dan Desa Ngrebruk.

Baca juga: Manfaatkan Instagram, Arsitektur Jaring Logo Branding Prodi Lewat Lomba

Dari penelitiannya, Debby ingin menjawab tentang konfigurasi ruang hunian sesuai dengan adat dan budaya masyarakat, serta pengaruhnya terhadap dinamika yang terjadi dalam tatanan hunian masyarakat di Kecamatan Poncokusumo.

Dosen Arsitektur ini memulai kajian dengan teori Maslow dengan empat komponen yakni, kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan kepemilikan dan kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian tiap komponen kebutuhan diterjemahkan ke dalam teori Habraken. Untuk membaca data dari hunian responden digunakan teori Rapoport. Sedangkan untuk diagram teoritik dimulai dari dinamika ruang dapur dari tinjauan penelitian yang sudah ada kemudian diterjemahkan dengan teori Rapoport.

Debby menjelaskan, dari beberapa data yang didapat pada ruang dapur dapat dikempokkan menjadi tiga tingkatan levels of meanings. Yaitu, High level meaning, ruang dapur menjadi pusat/ruang utama dari aktifitas dan menjadi area komunal dan mendominasi fungsi dalam konfigurasi ruang hunian. Middle level meaning, dapur dapat menjadi ruang yang dapat menjadi sarana aktualisasi diri pada komunitasnya dengan mengamati elemen-elemen pengisi ruang. Low level meaning, ruang dapur hanya dimaknai sebagai ruang service.

Baca juga: Prof Lalu Mulyadi Terbitkan Buku Kebijakan Konservasi Heritage, Bantu Pecahkan Permasalahan Kampung Kayutangan

Sehingga, fungsi dapur di masyarakat Poncokusumo termasuk dalam high level meaning. Dimana ruang dapur tidak hanya sebagai ruang service saja, namun digunakan sebagai area komunal/pusat aktifitas bersama. “Warga Poncokusumo masih memiliki kebiasaan berkumpul di ruang dapur. Wilayah yang semakin dekat dengan desa adat Tengger, mereka (warga Poncokusumo) masih menerapkan atau mempunyai aktifitas yang sama. Konsepnya masih sama, ruang dapur sebagai ruang komunal,” katanya.

Dari aspek fisik bangunan, ruang dapur dibagi menjadi tiga jenis. Dapur dengan luasan besar, sedang, dan kecil.
Fungsi kondisi fisik bangunan khususnya ruang dapur berfungsi untuk mengolah makanan, sebagai ruang makan, ruang komunal, area untuk menghangatkan tubuh, masih menggunakan tungku berupa pawon serta ada juga yang sudah menggunakan kompol moderen gas LPG, memiliki akses ke luar rumah dan tertutup dari pandagan ruang lainnya.

“Ternyata pemaknaan dari sebuah ruang bisa juga diteliti secara menyeluruh dari pola hunian. Sebuah ruangan akan memiliki nilai lebih ketika difungsikan lebih sebagai ruang utama,” tutup alumnus S-2 Institut Teknologi Surabaya (ITS) ini.

Sebagai tim penguji desertasi adalah Prof Ir Respati Wikantiyoso, MSA Ph.D; penguji I Dr Ir Sri Utami, MT dan penguji II Dr Wara Indira Rukmi, ST MT. Selaku promotor yakni Prof Ir Antariksa, M.Eng Ph.D, ko-promotor Dr Lisa Dwi Wulandari, ST MT dan Ir Jenny Ernawati, MSP Ph.D. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023