Jimmy Indrianto, Buat Pembangkit Listrik Pikohidro untuk Eduwisata Tirta Rona
Jimmy Indrianto lulusan terbaik Teknik Listrik D-3 ITN Malang pada wisuda ke-66 periode II tahun 2021. (Foto: Yanuar/humas)
Malang, ITN.AC.ID – Kampung Iklim Tirta Rona sebagai wisata peduli perubahan Iklim, terus berkembang dengan konsep eduwisata. Tirta Rona terkenal dengan WC komunal atau biasa disebut dengan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Kemudian dengan berperannya Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Tirta Rona bertahap akan berkembang menjadi kawasan eduwisata.
Tidak hanya para dosen yang berkiprah. Mahasiswa tidak kalah dalam melakukan pengabdiannya. Seperti halnya Jimmy Indrianto lulusan terbaik Teknik Listrik D-3 ITN Malang. Jimmy memberikan karya terakhirnya sebagai mahasiswa Kampus Biru dengan merancang generator magnet permanen pada pembangkit listrik pikohidro di lokasi Eduwisata Tirta Rona. Jimmy membuat pembangkit pikohidro berskala kecil khususnya di sekitar mata air, dan jalan menuju ke sungai Brantas.
“Kawasan Eduwisata Tirta Rona memiliki aliran air yang berasal dari sumber mata air. Aliran air ini yang saya manfaatkan untuk menggerakkan generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH). Sehingga listrik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk penerangan sekitar lokasi eduwisata. Karena lokasi di area ini minim pencahayaan,” terang mahasiswa asal Pasuruan ini saat ditemui di ruang Humas ITN Malang beberapa waktu lalu.
Pembangkit listrik pikohidro dengan generator magnet permanen menggunakan turbin archimedes screw (turbin ulir) dengan besar alat 40 x 30 cm, dan dipasang di bawah pipa pancuran yang berdiameter pipa 4 dim. Sehingga air dari pancuran pipa akan menggerakkan pikohidro.
“Sistem kerjanya (pikohidro), air dari sumber mata air awalnya ditampung dalam sebuah kolam, kemudian dialirkan melalui pipa dengan ketinggian 10 meter. Teorinya, semakin tinggi pancurannya maka aliran akan semakin deras, sehingga tekanan air semakin kencang untuk menggerakkan turbin,” lanjut putra pasangan Sujito dan Wiwik Indra Dwiyanti yang ikut wisuda pada wisuda ke-66 periode II tahun 2021.
Jimmy melanjutkan, air yang keluar dari pipa akan menggerakkan turbin, dengan debit aliran air rata-rata 6,47 liter per detik. Debit aliran air tersebut akan memutar turbin, kemudian turbin memutar generator, dan mengeluarkan daya sekitar 12 volt, dengan kecepatan 680 RPM kondisi beban. Tegangan keluaran tertinggi sebesar 7 volt pada kecepatan 700 RPM. Daya keluaran generator dengan hasil terkecil 6, 24 watt jika jumlah rata-rata 7,159.
Listrik yang keluar dari generator pikohidro akan ditampung/simpan di baterai kemudian didistribusikan ke lampu. Karena pikohidro, maka daya listrik yang keluar pun tidak terlalu besar. Hanya bisa dimanfaatkan untuk dua lampu dengan masing-masing kapasitas 5 watt. Harapannya dengan PLTPH di lokasi sumber air eduwisata bisa membantu masyarakat jika ingin pergi ke sungai pada malam hari sehingga tidak perlu membawa senter.
“Harapannya dari pikohidro maka permasalahan kebutuhan penerangan di lokasi wisata bisa tertangani. Sehingga tidak bergantung pada listrik dari PLN. Selain itu, keuntungan pikohidro dari segi biaya juga terjangkau. Dengan skala kecil sudah bisa bermanfaat menghasilkan listrik sesuai kebutuhan,” jelasnya pemilik IPK 3,74 ini.
Namun begitu, Jimmy juga sempat mengalami kendala dalam pembuatan turbin. Karena pembuatan turbin mengarahnya ke mekanik (Teknik Mesin) dengan menggunakan banyak perhitungan. “Semoga kedepannya untuk adik-adik tingkat bisa mengembangkan dan memodifikasi pikohidro dengan lebih baik lagi, dan bisa menghasilkan energi lebih besar,” tandasnya yang dibimbing oleh dosen pembimbing Dr Ir Widodo Pudji Muljanto, MT, dan Ir Choirul Saleh, MT. (Me/Humas ITN Malang)
1 Comment