Tiga Mahasiswa Arsitektur Jawab Isu Co-Working Space dengan bangco
Mahasiswa Arsitektur S-1 ITN Malang desain Co-Working Space. Kika: Heickal M. Aqil Biladt, Dika Ridlwansyah, dan Adhitya Dwi Februari. (Foto: Istimewa)
Malang, ITN.AC.ID – Pandemi Covid-19 membawa perubahan pada gaya hidup masyarakat, khususnya para pekerja. Pemberlakukan bekerja dari rumah work from home (WFH) diharapkan berlanjut meski pandemi sudah berlalu. Dengan berjalannya waktu konsep WFH kemudian tidak lagi sekadar bekerja dari rumah. Namun semakin terbuka dengan memanfaatkan co-working space, sebagai ruang kerja bersama bagi karyawan berbagai perusahaan dengan latar belakang berbeda.
Isu co-working space pada masa pandemi menjadi tantangan bagi tiga mahasiswa Prodi Arsitektur S-1, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Mereka adalah Heickal M. Aqil Biladt, Dika Ridlwansyah, dan Adhitya Dwi Februari, yang berjuang pada event Sayembara Desain Co-Working Space di Arsitektur Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) pada April 2023 lalu.
Bersaing dengan 159 tim mahasiswa dari seluruh Indonesia ketiga mahasiswa semester lima tersebut akhirnya masuk dalam 9 besar setelah sebelumnya lolos pada 15 besar.
“Usai pandemi banyak tercipta kebiasaan baru di masyarakat. Sekarang bekerja bisa dimana saja, tidak harus di kantor seperti biasanya. Jadi co-working space menjadi tempat alternatif bekerja dengan santai dan juga fleksibel di tempat yang tidak terlalu formal,” kata Dika Ridlwansyah saat dihubungi lewat sambungan Whatsapp.
Pada sayembara kali ini mereka diminta merancang sebuah co-working space yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk bekerja, namun didalamnya juga tercipta konektivitas antara work-life-play. Sayembara bertema Not Just A Workplace But A New Lifestyle – Co-Working Space tersebut juga meminta peserta untuk dapat melakukan visualisasi hasil desain baik eksterior, interior maupun detail bangunan dengan pendalaman konsep yang diberikan secara kreatif dan inovatif. Serta mampu melakukan analisis terhadap fungsi bangunan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam perancangan.
Baca juga : Co-Working Space Solusi Minimnya Ruang Kerja Bersama di Kota Malang
Merekapun mewujudkan karyanya dalam judul bangco co-working space. “bangco, diambil dari kata bakok yang merupakan salah satu bahasa Jawa yang berarti menali. Menali disini adalah menali hubungan sosial diantara individu dan menciptakan keharmonisan,” ujarnya.
Mahasiswa Arsitektur S-1 ITN Malang top 9 Sayembara Desain Co-Working Space di Arsitektur Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) 2023.
Menurut Dika, karya sayembara harus memenuhi kriteria seperti pemilihan dan pengembangan isu pada desain, kreativitas dan inovasi desain, pengolahan landscape, desain ramah disabilitas, ketajaman desain untuk menciptakan konektivitas antara work-life-play, orisinalitas desain, serta kualitas penyajian karya baik secara estetika dan keseluruhan.
“Kami juga memikirkan akan kota dan komunitas yang berkelanjutan. Untuk memastikan bahwa kota dan pemukiman dapat menjadi tempat yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Serta mampu memenuhi kebutuhan seluruh warganya. Termasuk warga yang berada dalam situasi rentan seperti warga miskin, penyandang disabilitas, anak-anak dan orang tua,” jabarnya.
Desain mengangkat konsep sustainable architecture, dan konsep beyond the space yang bertujuan untuk memaksimalkan ruang-ruang yang ada. Untuk pembuatan desain mahasiswa arsitektur ini memanfaatkan aplikasi sketchup dan untuk rendering menggunakan enscape. Sedangkan untuk pembuatan poster menggunakan photoshop.
Keunikan dari desain terlihat dari bentuk bangunan, pola sirkulasi bangunan, dan ruangan pada bangunan. Dilengkapi dengan working space, meeting room, area bersama, public plaza, ramp, amphitheatre, cafetaria, serta plaza dan kolam.
Baca juga : Angkat Permasalahan Emisi CO2, Duo Mahasiswi Teknik Kimia Lolos Grand Final Kompetisi Essay
Mereka juga mempertimbangkan climate action untuk mengurangi atau menghentikan efek negatif dari perubahan iklim, serta mencegah kerusakan permanen terhadap lingkungan.
“Mengikuti event lomba menjadikan kami mendapat pengalaman lebih di bidang arsitektur. Seperti mendapat klien, dimana kami harus bisa menerjemahkan harapan klien menjadi desain yang diinginkan,” tuntasnya. Pada event ini mereka dibimbing oleh Moh. Syahru Romadhon Sholeh, ST., M.Ars, dosen Arsitektur ITN Malang. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)