Berhenti Eksploitasi Alam ! Himakpa Bentangkan Spanduk 20 Meter di Semeru
Spanduk “Lestarikan ! Tolong Tuan Berhenti Mengeksploitasi, Alam Bukan Lahan Investasi” membentang di Ranu Kumbolo, Sabtu (17/8/19). (Foto: Istimewa)
Ada yang menarik usai mengikuti upacara HUT ke-74 Republik Indonesia di Gunung Semeru. Spanduk berukuran 20 x 1.5 meter bertuliskan “Lestarikan ! Tolong Tuan Berhenti Mengeksploitasi, Alam Bukan Lahan Investasi” membentang di Ranu Kumbolo, Sabtu (17/8/19). Kegiatan yang diinisiasi oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Pecinta Alam (Himakpa) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang ini sebagai kampanye aksi lingkungan menolak kerusakan alam.
“Selain untuk memupuk rasa nasionalisme ke pendaki dengan menggelar upacara 17 Agustus di Ranu Kumbolo dan Kalimati, kami juga mengkampanyekan aksi lingkungan menolak kerusakan alam dengan membentangkan spanduk,” ujar Ketua Himakpa, Syauqi Azhar Dani, ketika ditemui di Ruang Humas ITN Malang, Kamis (22/8/19).
Menurut Syauqi, Aksi lingkungan ini didasari keprihatinan Himakpa terhadap maraknya ekploitasi alam sebagai tempat pariwisata dengan dalih untuk kesejahteraan masyarakat. Padahal, alam sendiri luasannya sudah paten, tidak bisa ditambah luas untuk pembangunan tempat wisata. Syauqi berharap dengan kampanye lingkungan, akan banyak orang sadar khususnya pihak pemerintah bahwasannya tidak semua tempat bisa dikomersilkan.
“Kalau tempat wisata mau diperluas dengan dalih untuk kesejahteraan masyarakat, itu pola pikir yang keliru menurut kami. Karena wisata alam dipatenkan luasnya hanya segitu, tidak bisa diperluas lagi,” tegas mahasiswa Teknik Informatika ini.
Sebenarnya untuk mengantisipasi ketertarikan dan membludaknya wisatawan khsusnya pariwisata alam bisa diantisipasi dengan pembenahan manajemen. Seperti halnya yang sudah dilakukan oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Menurut Syauqi, untuk masuk dan mendaki Gunung Semeru sudah diterapkan tiket masuk berbasis kuota yang bisa didapat secara online.
“Wisata pendakian Gunung Semeru pengelolaannya sudah bagus. Tiket bisa dibeli secara online. Dengan berbasis kuota seperti ini harapannya jumlah wisatawan bisa terkontrol dan ekosistem alam tetap terjaga,” imbuhnya.
Pihak taman nasional pun turut mengapresiasi dan mendukung aksi Himakpa yang melibatkan seluruh pendaki. Sebagai akhir rangkaian kegiatan 17 Agustus, Himakpa menggelar lomba tarik carmatle dan lomba kelereng yang bisa diikuti oleh seluruh pendaki di Ranu Kumbolo, serta mengadakan bakti sosial koleksi sampah.
“Teman-teman kami dorong untuk mengumpulkan sampah. Bila mereka mendapatkan satu trash bag penuh sampah, maka akan dapat doorprize. Harapan teman-teman pendaki lebih peduli dengan sampah pribadinya. Mereka sanggup membawa (sampah) naik, masak turunya tidak sanggup membawa,” tutup Syauqi. (me/humas)
(Artikel ini telah tayang di Citizen Reporter Surya, Kamis 29 Agustus 2019, dengan judul Berhenti Eksploitasi Alam.)