Bincang Kemerdekaan Ashadi Aboe Alumnus Himakpa, Kalau Masih ada Sampah di Gunung, Berarti Mental Kampungan
Ashadi Aboe, alumnus Himakpa ITN Malang saat mengisi “Bincang Kemerdekaan” yang disiarkan langsung di channel Youtube Himakpa, Selasa (17/8/2021). (Foto: Tangkapan layar Youtube Himakpa)
Malang, ITN.AC.ID – Saat ini olahraga mendaki gunung semakin banyak pengemarnya. Setiap tahun jumlah pendaki gunung semakin bertambah. Ini menjadi kebahagiaan sekaligus keprihatinan tersendiri bagi Ashadi Aboe, alumnus Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam (Himakpa), Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
“Terakhir saya ke Gunung Semeru tahun 2019. Saya di Ranu Kumbolo, dan sangat luar biasa antusiasnya para pendaki ke sana,” ujar Ashadi saat mengisi kegiatan “Bincang Kemerdekaan” yang disiarkan secara langsung di channel Youtube Himakpa ITN Malang, Selasa (17/8/2021).
Menurut Ashadi, kondisi pendakian Gunung Semeru berbeda jauh dari tahun 85 ketika awal Himakpa mendaki. Bahkan, ketika tahun 2013 yang lalu Ashadi mendaki kondisi Semeru hampir tidak ada sampah. Sangat berbeda dengan sekarang, dimana sampah mudah ditemukan.
“Maaf ya, pendaki sekarang alatnya (pendakian) bagus-bagus, hanya saja mentalnya agak “kampungan”. Karena sampah masih berserakan. Tolok ukurnya disitu. Anda kaya, kalau sampah berserakan menurut saya, ya kampungan. Dulu waktu tahun 2013, dari bawah sampai ke atas (Ranu Kumbolo) hampir tidak ada sampah plastik,” cerita Ashadi.
Ashadi juga menyoroti kondisi danau Ranu Kumbolo. Dengan banyaknya pendaki yang memanfaatkan air danau, maka lama kelamaan kondisi air danau akan tercemar. Hal ini yang membuat Ashadi berinisiatif kelak ingin di kawasan Ranu Kumbolo terpasang pompa air dari solar cell. Bahkan Ashadi sudah melakukan komunikasi dengan pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Harapannya dengan adanya pompa air dari solar cell, selain ramah lingkungan juga bermanfaat bagi para pendaki untuk mendapatkan air. Sehingga danau Ranu Kumbolo steril. “Kita bisa membuat pompa air di area yang tidak mencemari Ranu Kumbolo. Mudah-mudahan dengan rencana ini ITN Malang juga bisa berpartisipasi, karena basic kita teknik. Support dari tim Gimbal Alas, serta Mapala se-Malang juga sangat dibutuhkan. Mari kita support pompa air dengan solar cell,” katanya.
Baca juga : Berhenti Eksploitasi Alam! Himakpa Bentangkan Spanduk 20 Meter di Semeru
Ashadi mengajak para pendaki tidak hanya mencintai alam karena trend. Sebab, itu akan membuat pendakian hanya penuh keluh kesah dan stres. Menurutnya, untuk bisa menikmati alam, maka harus mencintainya dari hati. Karena, dengan berpetualang akan semakin mendekatkan pribadi kepada Tuhan.
“Saya sebenarnya bangga terhadap anak-anak muda yang mau mendaki gunung. Hanya saja tolong lewatnya pintu yang benar. Sekarang kan tidak harus mengikuti pendidikan dasar untuk mendaki gunung. Bagaimana cara packing, cara memasak di gunung semua bisa dipelajari (otodidak). Jangan hanya modal kaya (mampu) saja. Semeru magnetnya tinggi sekali. Ayo kita jaga dengan baik!” ajaknya.
Ashadi memaknai kemerdekaan ketika bisa beraktifitas di outdoor. Merdeka dengan posisi benar-benar di alam terbuka sudah menjadi jiwa bagi Ashadi. Membebaskan aktivitas dan pikiran secara positif baginya bisa menaikkan imun tubuh. Pada kondisi pandemi seperti sekarang ini Ashadi juga menebarkan spirit “Kita maju terus, pantang mati. Melawan pandemi!”
“Dan, anda masuk pintu yang benar ketika anda masuk Himakpa. Karena anda (di Himakpa) akan dididik di alam. Jadi, anda akan tahu kehidupan di alam sebenarnya,” tutupnya.
Selain Ashadi Aboe, Bincang Kemerdekaan memperingati Hari Ulang Tahun ke-76 Republik Indonesia juga menghadirkan Kepala Humas ITN Malang Nenny Roostrianawaty, MT. Dosen Teknik Sipil ITN Malang yang akrab disapa Nenny ini mengapresiasi kegiatan Himakpa ditengah kondisi pemberlakuan PPKM.
Nenny menyampaikan, kondisi pandemi atau PPKM janganlah membuat kita mati gaya, atau berhenti beraktivitas. Justru kesempatan ini bisa gunakan sebagai sarana untuk mengembangkan diri dengan mencari ide-ide kreatif. Momen hari kemerdekaan hendaknya dapat menjadikan Indonesia semakin bersatu dalam keberagaman, gotong royong, tangguh dalam menghadapi tantangan, mendorong kecepatan, mentransformasikan Indonesia Tangguh dan Indonesia Tumbuh.
“Semua tentunya dengan dukungan akselerasi transformasi digital guna bangkit untuk Indonesia, karena saat ini kita sedang dihadapkan pada era literasi digital. PPKM dan pandemi jangan sampai menghilangkan jiwa nasionalisme. Jadikan medsos sebagai sarana untuk menyebarkan semangat nasionalisme, melalui media apapun. Memang benar bahwa acara-acara konvensional hari kemerdekaan ditiadakan, namun hal tersebut tidak membatasi kita untuk membuat cara-cara baru menjaga rasa nasionalisme yang ada,” terangnya.
Baca juga : Garap Desa Wisata Nusantara, Dua Mahasiswa Arsitektur ITN Malang Juara 1 Rendering Acsent Udayana 2021
Menurut Nenny, banyak yang dapat dilakukan untuk merayakan hari kemerdekaan, seperti membuat video-video atau konten-konten kreatif yang mengingatkan akan makna kemerdekaan dan nasionalisme, membuat tulisan-tulisan inspiratif, dan masih banyak lagi. “Intinya adalah kita harus bisa membuat Indonesia Seru Dengan Kebiasaan Baru,” pungkasnya. (mer/Humas ITN Malang).