Dosen ITN Malang Bantu Olah Minuman Sari Buah Markisa agar Tahan Lama
Karya Dosen ITN Malang: Dwi Ana Anggorowati, ST,MT, (kanan) menyerahkan mesin multifungsi pembuat minuman sari buah markisa kepada Ibu Dewi, Kader Kampung Ramqisa. (Foto: Istimewa).
Selama ini Kampung Ramqisa di RW 1, Kelurahan Rampal Celaket, Kecamatan Klojen, Kota Malang, memiliki produk unggulan yakni minuman sari buah markisa. Dimana tanaman markisa tumbuh dengan subur di pekaran rumah warga. Hal tersebut didorong oleh kepedulian warga yang tinggi terhadap lingkungan, antara lain dengan mengelola konsep pertanian di perkotaan (urban farming). Dengan peran serta masyarakat di wilayah tersebut, maka digalakkan budidaya tanaman sayur dan buah dimasing-masing rumah, salah satunya adalah markisa yang diolah menjadi minuman khas Kampung Ramqisa.
Namun sayangnya, produk unggulan minuman sari buah markisa yang mereka buat selama ini mudah rusak. Karena selain minuman tidak menggunakan bahan tambahan (pengawet), serta proses yang masih manual dengan peralatan sederhana. Sehingga masa simpannya sangat singkat.
“Kendala terbesar mitra saat ini adalah produk unggulan dari minuman sari buah markisa mudah rusak. Masa simpannya juga singkat dikarenakan pembuatannya masih manual dan sederhana dengan tahapan proses yang panjang, sehingga kurang efisien,” tutur Dwi Ana Anggorowati, dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Problem mitra (Kampung Ramqisa) inilah yang kemudian menggugah Dwi Ana Anggorowati, ST,MT, Dr. Nanik Astuti Rahman, ST,MT dan Maranatha Wijayaningtyas, ST, M.MT, PhD., rekan sesama dosen ITN Malang untuk membantu mengupayakan pengolahan minuman sari buah markisa tanpa pengawet yang mempunyai masa simpan lebih lama.
Ketiga dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) ini membuat mesin multifungsi yang bisa berfungsi sebagai pemanas (suhunya terkontrol), sekaligus pengaduk, dan filler. Mesin ini sangat menghemat waktu dan efisien dibandingkan alat dan metode yang selama ini digunakan oleh mitra.
“Proses produksi dengan mesin tidak memerlukan banyak wadah. Cukup di dalam satu bejana bisa untuk memasak hingga proses pengemasan. Penggunaan mesin juga bisa meminimalkan adanya kontaminasi mikroorganisme, sehingga membuat produk minuman sari markisa mempunyai umur simpan yang lama. Tentu saja dengan mesin, mitra sangat terbantu dalam hal efisiensi waktu,” papar alumnus S-2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ini.
Dwi Ana menggambarkan, dengan cara manual pembuatan minuman sari markisa berkapasitas maksimal 10 L /resep memerlukan waktu 1,5 jam/ 2 orang tenaga. Prosesnya mulai dari pencucian buah hingga pengemasan, sehingga untuk pembuatan minuman dua resep perlu pengulangan.
Baca juga: Segar Dingin Mix Fruit, Minuman Serbuk Ala Mahasiswa ITN Malang
Sedangkan pembuatan dengan mesin multifungsi memiliki kapasitas maksimal 20 L /resep, jadi lebih menghemat waktu. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam sampai proses pengemasan. Minuman ini sangat aman, karena hasil analisa tidak ditemukan mikroba E Coli sebagai syarat minuman kemasan.
“Karena salah satu tolok ukur minuman tersebut sehat dan mempunyai daya simpan yang lama adalah keberadaan mikroba,” imbuhnya. Untuk kadar vitamin C dalam minuman sari buah markisa didapat 5,62 mg/100gr.
Setelah uji coba dengan mesin multifungsi daya simpan minuman sari buah markisa pun bertambah. Sebelumnya bila dengan cara lama hanya bertahan 10 hari disimpan di dalam kulkas dan dua hari di suhu ruang. Sekarang daya simpan botol besar bisa tiga bulan di dalam kulkas, dan gelas kecil 10 hari. Sedangkan di suhu ruang botol besar bertahan satu bulan, sementara gelas kecil bertahan satu minggu.
“Alahmdulillah serah terima alat sudah kami lakukan tanggal 12 September 2019 kemarin, dan hasilnya sangat membantu mitra kami dalam meningkatkan kualitas minuman sari buah markisa,” pungkas alumnus S-1 ITN Malang ini. Ia berharap pengabdian masyarakat yang mereka jalankan bisa bermanfaat menaikkan perekonomian warga Kampung Ramqisa. (Mita Erminasari/humas)
Baca juga: OPTIMUS-ARM ITN Malang Bantu Peneliti Hasilkan Gambar Detail