ITN Malang Garap Potensi Empat Desa Wisata Trenggalek
Ir. Budi Fathony, MTA, dosen ITN Malang (batik kuning) duduk bersebelahan dengan Bupati Trenggalek H. Mochamad Nur Arifin (batik merah) dalam sebuah acara di Kabupaten Trenggalek beberapa waktu lalu. (Foto: Istimewa)
Malang, ITN.AC.ID – Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mendapat kepercayaan menggarap potensi wisata empat desa di KabupatenTrenggalek. Yakni, Desa Wisata dan Desa Budaya Watulimo, Desa Agrowisata Gemaharjo, Desa Adventure Watuagung, dan Desa Pasar Seni dan Wisata Pantai Tasikmadu. Ke empat desa tersebut berada di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek.
Dikatakan Ir. Budi Fathony, MTA, kerjasama dengan Pemkab Trenggalek terjalin sejak Memorandum of Understanding (MoU) resmi ditandatangani oleh Bupati Trenggalek H. Mochamad Nur Arifin dan Rektor ITN Malang Dr.Ir. Kustamar, MT pada Desember 2019 silam. Dengan Pemkab Trenggalek ITN Malang sebenarnya sudah bekerjasama sejak jamannya bupati masih Emil Dardak. Kerjasama tersebut tekait desa wisata di Desa Dongko, Kecamatan Dongko. Selain itu juga ada kerjasama dengan Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Kabupaten Trenggalek dan SMAN I Karangan Trenggalek dalam mendukung Program Adiwiyata.
Untuk pengembangan desa wisata di Kecamatan Watulimo ITN Malang berkontribusi membantu dan membuatkan master plan desa wisata. Bahkan nantinya tidak hanya sebatas master plan, namun Kampus Biru akan ikut mendampingi pembangunan desa wisata dari perencanaan hingga pelaksanaan.
“Untuk Desa Agrowisata Gemaharjo nanti rencananya ada empat tempat yang dikerjakan. Bahkan untuk di Desa Gemaharjo sudah ada investor yang berminat dan tertarik untuk mewujudkan master plan Desa Agrowisata Gemaharjo,” kata Budi saat ditemui di kampus 1, Jumat (04/12/2020). Selain Budi tim ITN Malang yang terlibat ada Ir Bambang Wedyantadji, MT dan Vega Aditama, ST MT dari Teknik Sipil.
Baca juga: Samsul Widodo: Mahasiswa Harus Bantu Pecahkan Masalah Desa
Kerjasama dengan Pemkab Trenggalek inipun kedepannya menjadi implementasi dari penta helix untuk mendongkrak kemajuan pariwisata. Peran serta pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, komunitas dan media bisa saling bersinergi.
“Trenggalek masih kental dengan tradisi. Dengan pendekatan master plan (pembangunan desa) menjadi jelas dan visioner. Pola pikir mulai dari bupati, kecamatan, desa, menjadi sustainable sebuah pemikiran dimana obyek wisata dibuat master plan dengan menjunjung muatan lokal,” imbuh Budi yang juga anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang.
Baca juga: ITN Malang Gagas Kampung Culinary Heritage sebagai Icon Baru Kota Malang
Peran serta ITN Malang sebagai perguruan tinggi dalam pembangunan kawasan desa wisata juga melibatkan inter disiplin ilmu. ITN Malang turut menggandeng disiplin ilmu dari perguruan tinggi lain seperti pariwisata Universitas Merdeka Malang, arkeolog Dwi Cahyono dan arkeolog Rakai Hino dari UM. Komunitas Tamasja Tourism Center Malang nantinya juga akan turut mendampingi dalam promosi.
“Nah, program pengembangan wisata desa ini juga bisa mendukung merdeka belajar kampus merdeka. Kewirausahaan bisa masuk, teknologinya dan masih banyak lagi peran serta mahasiswa untuk pembangunan desa. Jadi, peran serta ITN dengan ipteknya tidak hanya konseptor semata, tapi juga pendampingan,” pungkas Budi. (me/Humas ITN Malang)