Ketua Rukun Ibu: Perempuan Indonesia Harus Optimis, Pantang Menyerah, dan Mandiri
Ketua Rukun Ibu ITN Malang, Ir. Ari Mukti, MT., (lima dari kiri) berfoto bersama anggota Rukun Ibu. (Foto: Istimewa)
Moment perayaan Hari Kartini menjadi rekfleksi tersendiri bagi anggota Rukun Ibu Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Tidak hanya kemeriahan perayaan dengan lomba-lomba, namun ada harapan besar dibalik digelarnya lomba fashion show serta lomba baca puisi. Ketua Rukun Ibu ITN Malang, Ir. Ari Mukti, MT., berharap anggota Rukun Ibu bisa terus berkarya sesuai dengan passion masing-masing.
“Saat ini tidak ada lagi batasan perempuan untuk terus berkarya. Tetapi kita juga tidak boleh melupakan kodrat sebagai perempuan. Oleh karena itu, dengan semangat Hari Kartini mari kita wujudkan generasi perempuan Indonesia yang optimis, pantang menyerah, dan mandiri,” ujar istri Rektor ITN Malang ini.
Semangat Hari Kartini hendaknya bisa diteladani dan bisa dicontoh oleh perempuan di era sekarang. Nilai-nilai yang diwariskan oleh Kartini seperti hormat kepada orang tua, berani, sederhana, tidak sombong, penyayang, optimis, serta membawa perubahan lebih baik harus terus disampaikan dari generasi ke generasi. “Peringatan Hari kartini ini sangat penting. Sebagai perempuan kita harus belajar dari semangat Ibu Kartini, yang terus berusaha memperjuangkan yang terbaik untuk keberadaan kaum perempuan di Indonesia,” harap wanita yang sekarang menjabat sebagai Direktur Teknik PDAM Kota Malang ini.
Dengan memperingati Hari Kartini, anggora Rukun Ibu ITN Malang diingatkan kembali akan perjuangan Ibu Kartini yang mampu membuka belenggu kaum wanita, sehingga sekarang bisa sejajar dengan kaum pria. Seperti halnya yang dikatakan Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni, SH., Humas Rukun Ibu ITN Malang, Kartini sebagai history patut diteladani. Semangat Kartini sungguh luar biasa untuk membebaskan kaum wanita dari kebodohan dan keterkungkungan, sehingga semangat Kartini hendaknya menginspirasi kaum wanita masa kini.
“Kami berharap kedepannya kaum wanita lebih maju. Dimulai dari emansipasi wanita pada lingkungan terkecil yakni keluarga, tempat bekerja, masyarakat dan negara. Tentunya dengan tidak meninggalkan kodrat wanita yakni melahirkan dan menyusui,” pungkas Yuli akrab disapa. (mer/humas)