Lestarikan Arsitektur Nusantara, Himpunan Mahasiswa Arsitektur Gelar Talkshow dan Lomba Sketsa
Arsitektur nusantara bukan hanya modernisasi semata, bukan hanya milik kalangan menengah ke atas, tapi arsitektur nusantara untuk semua. Itulah yang ditegaskan oleh Intani Ratna Sari, Ketua Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HMA) Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jumat (15/3/19).
“Arsitektur nusantara merupakan budaya yang perlu dile starikan. Di sini HMA ingin berbagi ilmu tentang itu (arsitektur nusantara), dengan sharing lewat talkshow dan lomba sketsa, sehingga wawasan mahasiswa lebih terbuka,” tutur Intan biasa disapa, saat ditemui di lokasi acara di Digital Lounge (Dilo) Jalan Jendral Basuki Rahmat no. 7 – 9, Klojen, Kota Malang, pada Jumat siang, (15/3/19).
Mahasiswa semester 8 ini mengatakan, kegiatan yang dikemas dalam MA. Karya Sahwahita ini merupakan persembahan terakhir dari kepengurusan HMA periode 2018-2019. “Kami juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk ikut dalam lomba sketsa. Nanti yang terbaik akan kami pamerkan. Harapannya, mahasiswa antar institusi bisa berkolaborasi,” lanjutnya.
Ada sekitar 40 karya sketsa yang masuk ke panitia. Mahasiswa yang berpartisipasi berasal dari universitas Pajajaran, ISI, UIN, UB, ITN Malang, juga ada beberapa kampus dari Surabaya dan yang lainnya. Dari 40 karya tersebut akan dipilih sebanyak 25 karya terbaik dan diambil 3 besar sebagai pemenang. Bertema Urban Sketch (suasana kota), karya terbaik ini nanti akan dipamerkan pada sore hari dihari yang sama.
Sedangkan untuk talkshow dengan tema ‘Arsitektur Nusantara’ digelar dua hari, dari kemarin dan hari ini, Kamis-Jumat (14-16/3/19). Meghadirkan pemateri Mifta Syahrudin, ST., (Owner Midun and Partners Architect), dan Gayuh Budi Utomo, ST.MT., (Owner Gursiji Studio).
Gayuh Budi Utomo dalam pemaparannya menyampaikan, Arsitektur itu beragam bukan seragam. Arsitektur nusantara memiliki banyak ide yang bisa diadopsi tanpa mengesampingkan kesan modern. Tentunya dengan mensiasati dengan gayanya masing-masing. “Ambil idenya boleh, tapi teknologinya tetap sesuaikan dengan masa sekarang,” katanya. (mer/humas)