Mahasiswa Inbound ITN Malang Ikuti Rakortek Bappeda Kota Malang dan Kunjungi UMKM Keripik Buah
Ir Maranatha Wijayaningtyas, ST MMT PhD IPU, (lima dari kanan) berdampingan dengan KaHumas ITN Malang Nenny Roostrianawaty, ST MT, foto bersama Kepala Bappeda Kota Malang Dwi Rahayu SH M.HUM (kebaya merah) dan mahasiswa inbound ITN Malang, Kamis (02/11/2021). (Foto: Yanuar/humas)Â
Malang, ITN.AC.ID – Mahasiswa inbound Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Dalam Negeri (PMM-DN) Institusi Teknologi Nasional (ITN) Malang mengikuti Rapat Koordinasi Teknis Ekonomi dan Keuangan Tahun 2021, yang digelar oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Malang di Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Kamis (02/11/2021).Â
Ke 24 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi daerah ini mendapat kesempatan menyimak bahasan ‘Proyeksi Ekonomi Kota Malang Tahun 2022 dalam Pemulihan Ekonomi’ dari berbagai narasumber. Antara lain, Deputi Kepala Perwakilan BI Malang Cicilia Melly Andita, Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri, dan Jagoan Indonesia Dias Satria.Â
Ir Maranatha Wijayaningtyas, ST MMT PhD IPU, pengajar modul nusantara ITN Malang menjelaskan, keikutsertaan mahasiswa inbound ITN Malang atas undangan Kasubid Perencanaan Ekonomi dan Keuangan Bappeda Kota Malang Agung Harjaya Buana.
“Pak Agung bulan kemarin (November 2021) pernah kami undang untuk memberi materi secara daring dalam sesi modul nusantara. Kami menghadirkan para motivator salah satunya Pak Agung sebagai salah satu staf Pemkot Malang yang berprestasi. Beliau berjanji, ketika mahasiswa inbound datang ke Malang akan diundang untuk mengikuti kegiatan Pemkot,” kata Maranatha.Â
Dan benar saja, ketika mahasiswa inbound sudah datang ke Kota Malang, Agung mengundang mereka dalam kegiatan pemerintahan. Tujuannya, untuk mengenalkan Kota Malang lebih dekat terkait ekonomi kreatif.Â
“Dengan mengetahui kondisi Kota Malang, kami berharap adik-adik mahasiswa bisa terinspirasi dan termotivasi untuk mengembangkan daerahnya terkait ekonomi kreatif. Apalagi sekarang jamannya sudah digital,” imbuhnya.
Dalam panduan modul nusantara juga terdapat pengenalan ciri khas daerah. Maka penyusun dan pengajar modul nusantara ITN Malang yang terdiri dari Drs Sumanto, M.Si, dan Ir Maranatha Wijayaningtyas, ST MMT PhD IPU, memasukkan pengenalan UMKM keripik sebagai salah satu materi ciri khas Kota Malang. Â
Keripik tempe dan keripik buah selama ini menjadi oleh-oleh khas Kota Malang. Maka, tim modul nusantara memutuskan mengunjungi keripik buah So Kressh dari CV Kajeye Food di Polowijen.
Dalam modul nusantara mahasiswa bisa mendapatkan banyak hal. Selain mengenal keanekaragaman dan kebhinekaan. Mereka juga didorong untuk pengembangan diri. “Banyak peluang yang bisa dikerjakan. Semoga pengalaman ini bisa dibawa dan dikembangkan di daerah masing-masing,” harap Sekretaris Program Pascasarjana ITN Malang ini.Â
Baca juga : ITN Malang Terima Mahasiswa Inbound dari Berbagai Daerah
Kegiatan yang digagas oleh modul nusantara ITN Malang mendapat apresiasi dari mahasiswa inbound. Muhammad Sandi Putra mahasiswa Universitas Malikussaleh mengatakan, baru kali pertama mengikuti rakor teknis apalagi yang mengadakan setaraf kota.Â
“Baru kali pertama mengikuti yang setingkat kota. Pengalaman berharga bagi kami. Tadi juga disinggung masalah pembangunan. Menurut saya, mahasiswa sebagai generasi muda semestinya mengambil peran dalam pembangunan daerah. Salah satunya ikut andil dalam program ekonomi kreatif,” katanya.
Sandi akrab disapa juga sangat antusias ketika mengunjungi tempat produksi keripik buah So Kressh. Sandi juga tertarik dalam kewirausahaan. Namun, dia masih ingin menjajaki dunia wirausaha apa yang kelak akan digeluti untuk pengembangan daerah. Â
Berbeda dengan Fatur Rahman asal Universitas Lampung. Fatur mulai dari SMA sudah tertarik dalam dunia marketing. Maka ketika mengunjungi keripik buah So Kressh, Fatur aktif bertanya seputar pendistribusian.Â
“Karena saya pelaku UMKM ya, jadinya tertarik sekali dengan keripik di Kota Malang. Saya baru tahu ada keripik buah. Di Lampung malah saya kurang paham. Saya tertarik ya, tapi di distribusi,” ungkapnya.Â
Baca juga : Modul Nusantara Jembatani Mahasiswa Bangun Rasa Toleransi dari Berbagai Negeri
Menurut mahasiswa Teknik Elektro ini, kaum muda lebih memungkinkan untuk mengawali usaha dari penjualan. Tinggal kulakan kemudian di repacking, dan ditempel branding sendiri.Â
“Kan tidak terlalu sulit kalau penjualan. Berbeda dengan yang harus produksi. Sulit untuk disambi kuliah. Apalagi sekarang teknologi sudah maju. Anak-anak muda sudah paham digital. Jadi, penjualannya tidak sebatas konvensional. Tapi sudah online,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)