Back

BPS Campus Tour Ajak Mahasiswa Teknik Industri Pelajari Seluk Beluk Baja

Teknik Industri S-1, ITN Malang mendapat kuliah umum dari PT Baja Perkasa Sentosa.


Malang, ITN.AC.ID – Teknik Industri S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) mendapat kunjungan Campus Tour 2024 dari PT Baja Perkasa Sentosa (BPS). Bersama Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) ITN Malang, BPS menggelar kuliah umum bertajuk Steel Manufacturing Industry, Reinforcement Bar Production, and Circular Economy Practices for Sustainable Future, di Ruang Amphi Mesin Lt 2 Kampus 2 ITN Malang, Rabu (09/10/2024).

Campus tour merupakan program inisiasi BPS untuk mengunjungi 100 institusi di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk memberikan kuliah tamu, seminar, kerja sama dengan dosen program studi guna memberikan ilmu dan wawasan tentang tulangan, kendali mutu, proses pembuatan, dan lain sebagainya.

Baca juga :  Atasi Gap Pendidikan dan Industri, Teknik Mesin S-1 ITNMalang Terima Kunjungan PT Baja Perkasa Sentosa

Wakil Dekan 3 FTI ITN Malang, Drs. Sumanto, M.Si., menyampaikan banyak terima kasih kepada PT Baja Perkasa Sentosa yang menjadikan ITN Malang sebagai salah satu tujuan Campus Tour BPS. “Terima kasih PT Baja Sentosa menawarkan kepada kami untuk memberikan wawasan dan ilmu kepada mahasiswa ITN Malang. Acara ini menjadi salah satu kesempatan kami untuk mendapatkan ilmu di luar perkuliahan reguler,” kata Sumanto.

PT Baja Perkasa Sentosa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur baja tulangan, yang berlokasi di Serang, Banten. Pada kuliah umum kali ini Fakhri Shafly, ST., Brand Representative Baja Perkasa Sentosa mengajak mahasiswa belajar seluk beluk baja.

Fakhri Shafly, ST., Brand Representative PT Baja Perkasa Sentosa mengajak mahasiswa Teknik Industri S-1 ITN Malang belajar seluk beluk baja. 

Menurut  Fakhri, kedatangan BPS untuk menyampaikan insight industri tentang baja. Mulai perkembangan industri baja sebelum tahun 2000. Tahun 1994 total produksi baja di dunia sebesar 600 juta ton. Industri terus bertumbuh, kebutuhan akan baja juga turut meningkat. Data 5 tahun terakhir ternyata di 2022 total produksi baja 1756 juta ton.

“Baja biasanya digunakan tersebar di berbagai sektor. Selain digunakan di dunia konstruksi juga pada dunia otomotif, permesinan, komponen-komponen kelistrikan, dll. Dari sekian sektor tersebut penggunaanya didominasi di sektor pembangunan. Dari data 2022 sebesar 52 persen diambil untuk dunia konstruksi,” imbuhnya.

Menurutnya baja tulangan atau rebar classification ada dua jenis, yakni baja polos dan baja sirip/ulir. Baja polos mudah ditekuk, sementara baja ulir lebih kuat dalam mencengkeram beton. Baja secara grade dibagi menjadi dua, yaitu 280 dan 420.

Untuk membuat baja BPS menggunakan scrap, jadi tidak perlu besi. Scrap sudah umum digunakan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Proses ini juga membantu recycle, memanfaatkan besi yang tidak terpakai. Type scrap ada tiga, yakni home scrap dihasilkan dari sisa-sisa besi di pabrik pada perusahaan sendiri. Prompt scrap, logam bekas yang dihasilkan dari proses produksi industri berskala besar, seperti produksi mobil, elektronik, dan lembaran logam. Dan obsolete scrap, barang bekas yang sudah tidak terpakai, namun masih memiliki nilai ekonomis dan dapat didaur ulang.

“Setelah ada scrap baru masuk ke smelting process. Proses peleburan ini membutuhkan suhu 1500 derajat celcius,” ujarnya.

Rangkaian proses pembuatan baja dimulai dari smelting process (peleburan), casting process (pengecoran), rolling process (pembentukan), water quenching untuk penguatan, cooling process (pendinginan), quality control (pengendali kualitas). Dan diakhiri dengan proses loading & delivery process.

Smelting process merupakan proses penting untuk mengubah bahan mentah menjadi baja yang dapat digunakan dengan melebur potongannya dan mengontrol komposisi kimia produk akhir. Secara komposisi kimianya sudah tepat, maka baja yang dihasilkan sudah bagus.

Setelah peleburan dan komposisinya sesuai kemudian masuk ke casting process. Dibentuk balok memanjang atau baja biled produk setengah jadi. “Proses berikutnya untuk menjadi baja tulangan masuk ke rolling process. Untuk membentuk baja dari piket tebal menjadi baja tulangan melewati proses bertahap,” lanjutnya.

Proses selanjutnya masuk ke water quenching, metode di manufaktur untuk memberikan penguatan lebih pada logam. Baja yang suhunya masih tinggi dimasukkan ke wadah dingin. Lalu cooling process atau pendinginan untuk menghilangkan panas yang dihasilkan oleh mesin dan proses industri.

Baca juga : Manfaatkan Limbah Serbuk Kopi untuk Kekerasan dan Ketahanan Aus pada Baja

Setelah baja jadi dilakukan quality control. Pengendalian kualitas dalam manufaktur baja adalah proses sistematis yang bertujuan untuk memastikan bahwa produk baja memenuhi standar dan spesifikasi tertentu. Baru kemudian bisa dilakukan proses loading & delivery process.

“Produksi pada pabrik baja mempengaruhi aspek lingkungan. 100 persen produk baja bisa di recycle. Untuk melakukan daur ulang ini tidak jauh dari 3R, Reduce, Reuse, dan Recycle,” tegasnya. Mahasiswa Teknik Industri S-1 ITN Malang juga mendapat pemahaman terkait 3R di lingkungan pengolahan baja. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023