Back

Dosen ITN Malang Latih Warga Sekitar Kampus 2 Membuat Batik Ecoprint dan Sibori Sebagai Peluang Income

Dr. Ir. Nelly Budiharti, MSIE (empat dari kiri) foto bersama peserta pelatihan membuat produk ecoprint dan sibori untuk memperoleh peluang income. (Foto: Istimewa)


Malang,  ITN.AC.ID – Anggota PKK RW 04 Tunjungtirto Semarak, dan beberapa warga Desa Gembrung, Kelurahan Tunjungtirto, Kecamatan Singosari, belajar membuat batik ecoprint dan sibori bersama dosen Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) yang diketuai oleh Dr. Ir. Nelly Budiharti, MSIE. Pelatihan membuat produk ecoprint dan sibori untuk memperoleh peluang income ini merupakan hibah program pengabdian masyarakat tahun 2023 yang didanai oleh ITN Malang.

Bukan kali pertama dosen ITN Malang melakukan pengabdian masyarakat dalam rangka pemberdayaan. Sebelumnya di tahun 2021 Nelly dan tim melakukan penyuluhan dan pelatihan pewarnaan dengan pewarna alami di Desa Durensewu, Kecamatan Pandaan, Pasuruan. Tahun 2022 melatih tiga mitra di Kabupaten Malang dari hibah PKM Dikti dalam hal produksi dan pemasaran pewarna alami nabati, serta pelatihan pembuatan aneka batik. Dan di tahun 2023 ini masih dengan Ketua Pelaksana Dr. Ir. Nelly Budiharti, MSIE, dengan anggota Sony Haryanto, S.Sos., ST, MT, J.R. Hexa Galuh W, ST., MT, Candra Dwi Ratna, ST., MT, dan Ahmad Faisol, ST., MT.

“Kami memberi pelatihan pembuatan batik ecoprint dan sibori untuk meningkatkan pendapatan ibu-ibu PKK. Mereka sekarang sudah bisa membuat produk, bahkan sudah ada yang bisa menjualnya. Harapannya mereka bisa makin produktif sehingga bisa mendirikan usaha dan membantu perekonomian keluarga,” tutur Nelly yang ditemui akhir Desember 2023 lalu.

Upaya memberdayakan masyarakat sekitar Kampus 2 ITN Malang disambut baik oleh warga. Pasalnya masih ada warga yang membutuhkan dan belum memiliki pekerjaan. “Ada ibu penjahit yang dulunya sudah ikut belajar membuat batik ecoprint di tahun 2022, dan memperdalamnya hingga sekarang. Saat ini ia sudah memproduksi bahan kain batik, dan pakaian jadi dari batik ecoprint dan sibori. Bahkan kain batik ini juga sebagai bahan membuat produk lain seperti sepatu, topi, tas, sajadah, dan beberapa aksesoris lainnya,” terang Nelly.

Baca juga : ITN Malang Ajari Tiga Mitra Produksi dan Pasarkan Batik dengan Pewarna Alami

Menurut Nelly, membuat kain batik ecoprint dan sibori lebih mudah daripada membuat batik tulis. Warna yang dihasilkan dari dedaunan dan bunga menjadi motif dan warna yang menarik dan sulit ditiru. Sehingga tidak mungkin ada produk yang sama persis. Teknik ecoprint adalah teknik membuat corak motif dengan cara mencetak daun dan bunga pada kain. Kain yang akan ditempeli dari aneka daun dan bunga bisa diwarnai lebih dulu dengan bahan pewarna yang terbuat dari bahan alam, misalnya dari kayu secang, kulit kayu mangrove, biji buah kesumba keling, dll.

Peserta pelatihan sedang melakukan proses pembuatan batik ecoprint dengan menempelkan aneka daun dan bunga pada sehelai kain. (Foto: Istimewa)

Untuk menghasilkan ecoprint yang bagus dan berkualitas, sebaiknya menggunakan bahan baku kain yang terbuat dari serat alam seperti kain katun, linen, rayon, dan sutra. Karena bahan kain tersebut memiliki daya serap yang bagus terhadap zat pewarna alam. Bahan-bahan pewarna dari alam yang akan digunakan untuk dicetak pada kain sebaiknya yang mengandung zat tanin tinggi. Daun yang tidak licin sehingga dapat memberikan warna yang jelas dan cepat. Misalnya daun jati, daun ketapang, daun jarak, daun alpukat dan lain sebagainya. Bisa juga menggunakan bunga-bunga yang berwarna.

Sementara untuk membuat batik sibori (jumputan) dengan memberi treatment pada kain dengan TRO agar kain dapat terbuka pori-porinya sehingga dapat dimasuki oleh pewarna, cepat, dan merata. Kemudian membuat motif dengan perlakuan mengikat kain yang sudah dilipat-lipat, atau mengikat batu/uang pada kain. Pengikatan harus kuat/kencang dengan menggunakan tali rafia/karet agar kain yang diikat tidak bisa dimasuki oleh pewarna. Kemudian ditotol dengan pewarna, dan dijemur.

Menurut dosen teknik industri ini, peserta sangat antusias mengikuti pelatihan. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Ani warga Desa Gembrung. Awalnya ia hanyalah seorang penjahit, setelah ikut pelatihan membuat batik sekarang bisa menjual kain ecoprint dan sibori, serta produk garmen dari kain tersebut. Ia sering juga diminta menjadi trainer bagi pemula. Hal senada juga dialami oleh Ibu Yosie warga Kecamatan Bunul, Kota Malang. Sebagai seorang modiste ia berhasil memperluas usahanya berbekal ikut pelatihan-pelatihan pembuatan aneka batik dan pewarnaan yang diadakan oleh dosen ITN Malang.

Bahkan ada juga bapak-bapak yang ikut pelatihan membuat batik sebagai alternatif peluang usaha. Mereka adalah Sersan Mayor Hendra pensiunan tentara angkatan darat, Bapak A. Budi pegawai LSM lingkungan, Mas Alif pengusaha muda, Bapak Tono yang sedang dalam masa persiapan pensiun dari Disperindag (dinas perindustrian, dan perdagangan), H. Sukanto, S.Pd., guru SMPN 1 Gempol, dan Hj. Taslimah seorang guru matematika di SMPN 1 Gempol memilih berwirausaha aneka batik karena sampai 2 tahun SK sebagai PNS belum keluar.

Baca juga : Sempurnakan Kurikulum, ITN Malang Gelar Seminar Penyusunan dan Penyempurnaan Kurikulum Berbasis MBKM

“Peserta merasa puas karena mereka berhasil membuat batik ecoprint dan sibori dengan hasil motif dan warna yang menarik.  Kami yang mempersiapkan semua bahan-bahannya. Produk dari hasil pelatihan oleh peserta bisa langsung dijual jika peserta membutuhkan uang, atau ada yang minat membeli. Produksi batik ecoprint dan sibori ini mudah diterapkan dan dilaksanakan serta modalnya terjangkau. Semoga pelatihan bisa berlanjut di daerah lain, sehingga semakin banyak warga yang terbantu membuka lapangan pekerjaan,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023