Back

Dua Alumni ITN Malang Raih Peluang Karir di Jepang Melalui Campus Hiring

Ray Bara, dan Elsa Meliawati (kemeja putih) alumni ITN Malang usai dinyatakan lolos proses rekrutmen dengan penempatan di Jepang. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Dua alumni Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang), Ray Bara dari Program Studi Teknik Sipil S-1 dan Elsa Meliawati dari Program Studi Arsitektur S-1, dalam waktu dekat akan berkarir di Jepang. Berita gembira ini didapat setelah mereka berhasil lolos proses rekrutmen dalam campus hiring yang diselenggarakan oleh Pusat Karir ITN Malang bekerja sama dengan PT Sahabat Jepang Indonesia (SJI).

Mereka berhasil menjadi yang terpilih dari sekitar 20 pelamar baik yang ikut rekrutmen secara langsung, maupun daring. Campus hiring yang berlangsung pada Senin (21/04/2025) di Kantor Pusat Karir ITN Malang ini dihadiri perwakilan SJI Group, dan beberapa perwakilan perusahaan.

Irson Didik Pramono, perwakilan SJI menjelaskan, rekrutmen kali ini ditujukan untuk perusahaan AICHI yang berlokasi di Tokyo. AICHI merupakan distributor eksklusif VeroMetal di Jepang dan juga mengembangkan bisnis waralaba.

Interview kali ini untuk posisi di bidang pengukuran dan pembuatan daun pintu serta jendela berbahan aluminium. Nantinya, para pekerja akan bertugas di Jepang, mengunjungi apartemen-apartemen lama. Mereka akan mengukur, mendesain, untuk mengganti pintu serta jendelanya dengan yang baru,” terang Irson.

Menurutnya, persyaratan utama untuk posisi ini adalah lulusan Teknik Sipil dan Arsitektur dengan kemampuan berbahasa Jepang, dan bisa mengoperasikan AutoCAD. Kemampuan AutoCAD menjadi keharusan karena pekerjaan ini sangat berkaitan dengan desain pintu dan jendela.

“Setelah dinyatakan lulus seleksi kami harapkan para kandidat dapat mengikuti pelatihan bahasa Jepang di Sidoarjo selama kurang lebih enam bulan. Untuk rekrutmen hari ini, kami mencari tiga engineer dengan tugas utama mengukur dan mendesain,” imbuhnya.

Baca juga : PT Sahabat Jepang Indonesia (SJI) Rekrut Alumni Teknik ITN Malang untuk Program Magang di Jepang

Irson juga mengungkapkan, SJI telah membawa empat perusahaan Jepang untuk melakukan rekrutmen di ITN Malang dan berencana untuk kembali membawa beberapa perusahaan lagi dalam waktu dekat. Menurutnya kebutuhan tenaga kerja Indonesia di Jepang sangat tinggi.

“Karena tingkat kelahiran di sana sangat rendah, ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan populasi lansia yang besar,” jelasnya.

Proses wawancara daring SJI pada campus hiring Pusat Karir ITN Malang. (Foto: Istimewa)

Ray Bara, salah satu alumni yang lolos mengungkapkan motivasinya melamar pekerjaan di Jepang adalah keinginannya untuk memiliki pengalaman bekerja di perusahaan internasional dan mengembangkan karir di kancah global.

“Ternyata, wawancaranya tidak sesulit yang saya bayangkan dibandingkan dengan wawancara di perusahaan Indonesia. Mereka lebih fokus pada apa yang sudah saya kerjakan, yang kemudian saya presentasikan. Tidak ada pertanyaan berbelit-belit mengenai kekurangan dan kelebihan diri,” tuturnya.

Dikatakan Ray Bara, untuk pengalaman kerja perusahaan juga tidak mensyaratkan yang sulit. Mereka cukup meminta contoh hasil kerja menggunakan AutoCAD. Karena Ray Bara belum memiliki pengalaman kerja di bidang tersebut, maka ia memberikan dan mempresentasikan tugas besar dan skripsinya yang menggunakan gambar AutoCAD.

“Saya mempresentasikan dengan menggunakan bahasa Indonesia, namun sebelumnya saya memperkenalkan diri menggunakan bahasa Jepang sesuai dengan informasi yang telah diberikan sebelumnya. Ya, hanya perkenalan dasar seperti nama dan sapaan selamat pagi, selebihnya menggunakan bahasa Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Elsa Meliawati, alumni asal Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, datang ke Malang khusus untuk mengikuti wawancara dengan SJI setelah dinyatakan lolos seleksi CV di awal bulan. Menurutnya dari segi gaji dan beban kerja ada perbedaan signifikan. Kalau di Indonesia, seorang drafter bisa merangkap berbagai pekerjaan sampai akhir proyek. Namun, di Jepang fokus pekerjaan lebih spesifik dan tidak terlalu banyak jobdesk.

Dalam wawancaranya, Elsa mempresentasikan hasil karyanya dari D3 perancangan, yaitu desain “Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kabupaten Buton Tengah”.

“Pertanyaan yang diajukan tidak terlalu sulit. Kalau di Indonesia cenderung teknis, namun perwakilan dari Jepang lebih menekankan pada kemauan untuk bekerja dan menanyakan berapa lama saya berencana tinggal, serta kesungguhan untuk bekerja,” jelas Elsa.

Baca juga : Segudang Prestasi dan Semangat Pantang Menyerah Antarkan Ray Bara Jadi Lulusan Terbaik Teknik Sipil ITN Malang

Elsa menambahkan, kontrak kerja di Jepang adalah selama tiga tahun dan diperbarui setiap tahunnya, dengan gaji dan ketentuan lainnya yang dapat berubah. “Menurut informasi, di sana nanti kami akan diajari detail cara kerjanya terlebih dahulu sebelum mulai bekerja secara mandiri. Senang sekaligus sedih karena harus meninggalkan Indonesia. Semoga pelatihan di Sidoarjo berjalan lancar dan nantinya saya bisa bekerja dengan nyaman dan betah di Jepang,” pungkasnya.

Keberhasilan Ray Bara dan Elsa menjadi bukti kualitas lulusan ITN Malang yang mampu bersaing di kancah internasional. Diharapkan, semakin banyak alumni ITN Malang yang dapat meraih kesempatan emas untuk berkarier di luar negeri melalui program-program campus hiring yang diselenggarakan oleh Pusat Karir ITN Malang. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023