Back

Inovasi Mesin Pengupas Sabut Kelapa Adaptif, Kolaborasi Dosen ITN Malang dan Dua Universitas

“Diseminasi Teknologi Mesin Pengupas Kelapa Adaptif” karya dosen ITN Malang, dosen Universitas Widyagama Malang, dan dosen Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.


Malang, ITN.AC.ID – Kelapa (Cocos Nucifera L) merupakan tanaman komoditas yang memiliki peran penting pada perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia, dengan perkebunan yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Pengolahan buah kelapa membutuhkan teknologi untuk menghasilkan produk turunan kelapa. Salah satunya adalah kopra dan minyak kelapa yang dihasilkan dari buah kelapa. Produk ini menjadi potensi yang besar untuk industri kecil menengah di wilayah Kediri, Jawa Timur.

Namun sayangnya, masih banyak kendala yang terjadi di lapangan dalam proses pengupasan sabut kelapa. Selama ini industri kecil masih menggunakan cara tradisional/manual dengan menggunakan linggis atau alat semi mekanik dengan tenaga manusia. Cara manual ini berdampak pada kapasitas kerja yang kecil, dimana untuk mengupas satu buah kelapa memakan waktu kurang lebih 1-5 menit. Belum lagi upah yang dibayarkan per satu buah kelapa berkisar 300-400 rupiah. Bila produksi kelapa cukup tinggi, maka biaya, waktu, dan tenaga untuk mengupasnya juga besar.

Melihat kondisi tersebut empat dosen dari tiga perguruan tinggi berkolaborasi membuat alat teknologi tepat guna (TTG) “Diseminasi Teknologi Mesin Pengupas Kelapa Adaptif”. Mereka adalah: Dr. Eko Yohanes Setyawan, ST., MT., dan Awan Uji Krismanto ST., MT., PhD dari Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang), Dadang Hermawan, ST., MT., Universitas Widyagama Malang, dan Andi Nugroho, ST., MT., Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur. Serta melibatkan beberapa mahasiswa Teknik Mesin S-1 ITN Malang. Pengabdian ini merupakan program hibah pengabdian kepada masyarakat tahun 2024 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

“Selama ini pengupasan sabut kelapa dilakukan secara manual dengan menggunakan linggis, atau golok. Ada juga alat semi mekanis, tapi tidak efektif karena masih menggunakan tenaga manusia. Selain memakan waktu lama juga membutuhkan tenaga yang besar. Maka, kami berinisiatif membuat mesin pengupas sabut kelapa untuk membantu industri kecil dalam hal ini mitra. Sehingga bisa mengupas sabut kelapa secara cepat, dengan kapasitas besar,” kata Dr. Eko Yohanes Setyawan, ST., MT., saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca juga:Mesin Pembelah Kelapa Sistem Hidrolik Solusi Aman, dan Mudah Membelah Kelapa Muda

Keempat dosen ini membuat teknologi mesin pengupas kelapa adaptif untuk mempermudah masyarakat dalam proses pengupasan sabut kelapa. Mesin adaptif merupakan kategori mesin yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan produk yang akan diproduksi. Mesin pengupas sabut kelapa ini mampu mengupas sabut kelapa dari semua ukuran kelapa secara otomatis.

Dr. Eko Yohanes Setyawan, ST., MT., dosen Teknik Mesin S-1 ITN Malang (kaos hitam) saat menguji mesin pengupas kelapa adaptif.

Dari hasil uji, mesin dalam 1 jam dapat mengupas 120 buah kelapa, yang nantinya akan menjadi kopra sebesar 24 kg. Kopra merupakan daging buah kelapa yang sudah dikeringkan sampai kadar air mencapai 5-7 persen. Kopra menjadi bahan baku utama membuat minyak kelapa, dengan cara memasukkannya ke dalam mesin rotary screw untuk dipres diambil minyaknya.

“Daerah Kediri tempat mitra pengabdian kami memiliki pengolahan kopra. Dengan adanya mesin pengupas sabut kelapa ini harapannya yang awalnya mitra memakai alat tradisional bisa beralih ke mesin TTG yang mampu menaikkan produktivitas produksi kopra maupun minyak kopra,” sambung dosen sekaligus Kaprodi Teknik Mesin S-1 ITN Malang ini.

Dijelaskan Eko, mesin sangat efektif karena mengurangi waktu dan tenaga kerja manual. Selain itu mesin memiliki desain yang ergonomis bagi pekerja dan mudah digunakan. Selama ini banyak pekerja di industri kelapa mengalami keluhan gejala carpal tunnel syndrome (CTS), seperti sakit pada telapak tangan dan pergelangan tangan. Jadi, penelitian tentang teknologi mesin pengupas kelapa ini dilakukan. Mesin juga telah diuji coba dan mampu meningkatkan kapasitas produksi mitra.

Mesin pengupas sabut kelapa model adaptif bekerja dengan langkah-langkah yang terstruktur. Pertama, kelapa utuh dimasukkan ke dalam mesin yang dilengkapi dengan dua roller yang berputar saling berlawanan.  Juga ada roda gigi yang berputar untuk membantu mengatur kecepatan, serta torsi yang diperlukan untuk mengupas sabut kelapa. Mesin menggunakan motor listrik 3 HP dengan menggunakan gearbox rasio 1: 60 untuk menurunkan RPM pada motor listrik. Sehingga pengupasan sabut kelapa dapat dilakukan secara efisien.

Baca juga:Wujud Komitmen Dukung Pengembangan Sumber Daya dan Potensi Daerah, ITN Malang-Pemkab Lembata Perpanjang Kerja Sama

Sebelumnya mitra mengupas sabut kelapa dengan cara manual. Sehari per orang mendapatkan 420 butir kelapa, mitra harus mengeluarkan uang sebesar 100 ribu rupiah dengan estimasi biaya kupas 200 rupiah/kelapa. Dengan menggunakan mesin pengupas, maka sekarang dalam sehari didapat 1.200 butir kelapa dengan ongkos pekerja 100 ribu rupiah, ditambah biaya listrik 23 ribu rupiah/hari. Perbedaan juga terlihat jelas dari yang awalnya dalam satu hari menghasilkan kopra 100 kg, setelah menggunakan mesin menghasilkan 240 kg. Perlu diketahui bahwa 1 kg kopra membutuhkan kurang lebih 5 buah kelapa.

“Dengan meningkatnya produksi kopra ini secara otomatis pendapatan mitra juga akan meningkat. Tidak hanya itu, limbahnya berupa ampas dapat digunakan untuk pakan ternak, karena memiliki protein yang tinggi,” tuntas Eko. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023