ITN Malang Lakukan Survei Mitigasi Bencana Banjir di Mahakam Ulu
Ratri Andinisari, S.Si., M.Si., Ph.D, Wakil Bidang Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN AC.ID – Survei kebencanaan pada saat banjir sedang terjadi pastinya menegangkan. Hal inilah yang dialami tim survei mitigasi bencana Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) yang diterjunkan ke Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Provinsi Kalimantan Timur.
Sebagai tindak lanjut kerja sama ITN Malang dan Pemkab Mahakam Ulu yang digadang-gadang oleh Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kerjasama (LP2K), Ardiyanto Maksimilianus Gai, ST., M.Si., tim survei sudah berangkat pada awal Mei 2024 lalu. Sementara Mahakam Ulu dilanda banjir sejak Senin-Jumat (13-17/05/2024). Banjir tersebut disebabkan curah hujan yang sangat tinggi. Puncaknya pada Rabu (15/05/2024), dengan kategori hujan sangat lebat. Banjir yang melanda Mahakam Ulu dikabarkan sebagai banjir paling parah sepanjang sejarah. Pemkab Mahulu menetapkan status tanggap darurat bencana banjir hingga 29 Mei mendatang.
“Tim survei ITN Malang saat banjir sedang ada di sana. Menurut tim, banjir besar melanda hari Rabu 15 Mei, pukul 17.00 WITA. Kami mewakili sivitas akademika ITN Malang tentunya turut prihatin, dan semoga masyarakat yang terdampak lekas mendapat penanganan yang maksimal,” kata Ratri Andinisari, S.Si., M.Si., Ph.D, Wakil Bidang Penelitian, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), ITN Malang saat ditemui di ruangannya, Selasa (21/05/2024).
Tim survei mitigasi bencana ITN Malang melaksanakan tugasnya saat terjadi banjir di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Provinsi Kalimantan Timur. (Foto: Istimewa)
Menurut Ratri, kerja sama ITN Malang dan Mahakam Ulu salah satunya penataan wilayah berbasis mitigasi bencana. ITN Malang menerjunkan 4 surveyor ke Mahulu untuk mencari data seputar banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan lain-lain. Anggota tim tersebut merupakan alumni ITN Malang, yakni: Gudino Lovato Soares, Angel Jouvancha, Ilham Pamungkas Widodo, dan M. Akbar Alkhatami.
“Saya malam-malam mendapat kiriman foto dan video dari tim. Sempat kaget juga, banjirnya sangat tinggi. Menurut Angel (anggota tim), Rabu sore banjir mulai naik di perkotaan Ujoh Bilang, dalam hitungan jam banjir kian tinggi. Ya sempat khawatir,” bebernya.
Namun, kondisi banjir tersebut malah menjadi kesempatan bagi tim survei ITN Malang untuk mendapatkan data dengan kondisi riil Mahakam Ulu saat terjadi banjir. Bahkan tim sempat melaksanakan survei di beberapa titik, dan mengirimkan data ketinggian banjir pada malam tersebut. Di titik depan Rumah Makan Marissa (sebelah pelabuhan) Pukul 21.52 ketinggian 85 cm, pukul 23.00 ketinggian 91cm, pukul 05.00 ketinggian 2m. Sementara titik depan Lamin Adat (dekat rumah jabatan bupati) pukul 21.52 ketinggian 160 cm, pukul 23.00 ketinggian 2m, dan pukul 05:00 ketinggian 2.7m.
Tim survei direncanakan mengambil data mitigasi bencana banjir di beberapa titik. Sementara untuk survei akan dilakukan per kecamatan. Sehingga saat terjadi banjir kemarin tim akhirnya bergerak cepat melakukan survei langsung per kecamatan.
Dijelaskan Ratri, simulasi mitigasi bencana banjir bisa dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder. Seperti mencari data historis banjir di kecamatan-kecamatan berupa ketinggian banjir di tahun-tahun sebelumnya, frekuensi kejadian banjir, dan parameter lainnya yang nantinya dihubungkan dengan data curah hujan dan korelasinya dengan kejadian bencana lainnya, seperti tanah longsor.
Kondisi banjir parah di Mahakam Ulu. Foto diambil oleh tim survei mitigasi bencana ITN Malang pada pertengahan Mei 2024.
“Awalnya kami ingin mengumpulkan data sekunder. Untuk kecamatan atau wilayah yang belum ada data tim mengukur dari bekas banjir pada dinding bangunan dan sebagainya. Ada data-data yang harus diambil ke lapangan secara langsung. Tapi saat mereka di sana ternyata terjadi banjir. Jadi mereka sekalian mengukur ketinggian banjir, dengan tetap memperhatikan keselamatan,” beber alumnus doktoral National Central University (NCU), Taiwan ini.
Menurutnya, dokumen penataan berbasis mitigasi bencana tersebut berguna dalam mensimulasikan potensi bencana banjir yang akan terjadi di Mahakam Ulu dalam kurun waktu tertentu. Informasi ini dibutuhkan untuk meng-update dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Mahulu. Kegiatan ini merupakan sebuah kajian, jadi semakin banyak data historis banjir yang didapat, dan semakin banyak parameter yang ikutkan, maka simulaisnya semakin akurat.
“Hasil kajian nantinya akan digunakan oleh Dinas PUPR Mahulu dalam melihat daerah mana saja yang akan terpapar bencana dalam jangka waktu 20 tahun kedepan. Setiap 20 tahun harus ada RTRW baru, dengan pembaharuan 5 tahun sekali,” ujarnya.
Dengan mengambil langsung data pada saat terjadinya banjir akan dapat menambah validitas data. “Kemarin kami sudah mendapat data yang sangat aktual dan up to date. Semoga nanti bisa menghasilkan dokumen yang berguna untuk Mahulu, sehingga pembangunan bisa selaras dengan kondisi alam,” pungkasnya, yang sekali lagi ikut prihatin dengan bencana banjir di Mahulu. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)