Back

Mahasiswa Teknik Elektro Ikuti Ujian Sertifikasi Kompetensi Vokasional: Bekal Kesiapan Dunia Kerja Bidang Ketenagalistrikan

Rachmadi Setiawan, ST., MT., dan Widamuri Anistia, ST., M.Tr.T., melaksanakan uji vokasional terhadap mahasiswa Teknik Elektro S-1 ITN Malang. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) terus berkomitmen meningkatkan kualitas lulusannya melalui Uji Sertifikasi Kompetensi Vokasional bagi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro S-1. Bertempat di Gedung Teknik Elektro Kampus 2 ITN Malang sebanyak 38 mahasiswa Peminatan Energi Listrik mengikuti ujian sertifikasi dengan dua bidang kompetensi, yaitu Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik (IPTL) yang diikuti 31 peserta, dan Pembangkitan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diikuti 7 peserta.

Kegiatan sertifikasi ini merupakan hasil kolaborasi antara Program Studi Teknik Elektro S-1 ITN Malang dengan PT Lisan Nusantara Satu, yang didukung PT Sabda Duta Paramita melalui program CSR. Bertugas sebagai asesor dari PT Lisan Nusantara Satu, yakni Rachmadi Setiawan, ST., MT., dan Widamuri Anistia, ST., M.Tr.T., yang memastikan proses uji vokasional berjalan sesuai Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan (SKTTK).

Kerja sama ini merupakan bagian dari komitmen bersama untuk meningkatkan kompetensi dan daya saing lulusan, khususnya di bidang energi terbarukan. Sebelumnya, CSR ini telah diserahkan secara simbolis bertepatan dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT Sabda Duta Paramita dan Teknik Elektro S-1 ITN Malang pada 19 Juni 2025 lalu.

Rachmadi Setiawan menjelaskan, Sertifikasi Portofolio Vokasional disiapkan bagi mereka yang telah mengikuti program magang atau diklat. Di ITN Malang, program ini diintegrasikan ke dalam mata kuliah. Bidang IPTL masuk dalam mata kuliah Instalasi Penerangan Daya Elektrik (IPDE) yang diampu oleh Dr. Ir. Widodo Pudji Muljanto, MT., sementara Bidang Pembangkitan Perencanaan PLTS merupakan bagian dari mata kuliah Energi Baru Terbarukan yang diampu oleh Awan Uji Krismanto, ST., MT., Ph.D.

“Mahasiswa juga bisa menambahkan proyek yang mereka ikuti. Salah satu proyek yang dilakukan oleh peserta uji  vokasional PLTS adalah partisipasi mereka dalam proyek pemasangan PLTS ITN Malang di Gunung Semeru,” ungkap Rachmadi. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga terlibat langsung dalam proyek nyata di lapangan.

Baca juga : Perkuat Daya Saing Lulusan, Prodi Teknik Elektro ITN Malang Terima Saluran CSR dari PT Sabda Duta Paramitha

Menurut Rachmadi, ujian sertifikasi ini berfokus pada portofolio mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk menunjukkan hasil kerja/tugas mereka selama satu semester perkuliahan IPDE, seperti proyek perencanaan, laporan harian, serta Detail Engineering Design (DED). Mereka harus mampu membuat DED, Rencana Kerja dan Syarat (RKS) teknis, serta Rencana Anggaran Biaya (RAB).

“Diuji portofolio, gampangannya dari yang dia kerjakan apakah sudah sesuai dengan yang dia tulis. Portofolio mengkroscek kebenaran yang ditulis dan yang dikerjakan,” jelas Rachmadi. Berbeda dengan uji kompetensi biasa, uji vokasional lebih menekankan pada peningkatan kompetensi mahasiswa. Jika ada aspek yang kurang jelas, peserta akan diarahkan dan jika ada yang kurang lengkap, akan ada kesempatan revisi.

Mahasiswa peserta ujian sertifikasi kompetensi vokasional foto bersama dengan Kaprodi Teknik Elektro S-1 ITN Malang, Dr. Irmalia Suryani Faradisa, ST., MT., dan asesor. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)

Ditambahkan Rachmadi, peserta dinyatakan kompeten jika memenuhi tiga unsur yaitu: pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan SKTTK. Sebagai contoh sikap kerja yang baik, dalam bekerja menerapkan Standing Operasional Prosedur (SOP), serta bersikap jujur dan teliti. Jika dinyatakan kompeten, mereka akan mendapatkan sertifikat kompetensi. Namun, jika belum kompeten, sertifikat tidak akan diberikan dan penilaian mata kuliah akan dikembalikan kepada dosen pengampu untuk perbaikan.

“Uji vokasional ini tetap mengacu pada SKTTK (Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan). Sejauh ini, peserta masih sesuai dengan SKTTK dan mata kuliah yang diajarkan, hanya membutuhkan sedikit revisi pada beberapa aspek,” katanya.

Nauval Aliffatta, salah satu peserta sertifikasi Pembangkitan Perencanaan PLTS mengungkapkan pengalamannya. Pada portofolionya ia membuat gambar single line diagram PLTS yang mencakup PV ke inverter, baterai ke inverter,  beserta proteksi seperti MCB, fuse, lighting arrester, dan lain-lain. Ia juga membuat RAB dan timeline proyek.

“Kami juga mengikuti dan memasukkan proyek PLTS di Ranu Kumbolo sekaligus pemasangannya. Tidak hanya sekadar tugas kuliah tapi benar-benar merancang di lapangan,” kata Nauval. Menurutnya, sertifikasi ini penting untuk legalitas dan memastikan kualitas serta keamanan. Nauval sangat senang mendapatkan sertifikasi gratis, karena sangat membantu dan meringankan beban mahasiswa.

Aisha Al Hariri, dan Muh. Cahyo Samudro sama-sama mengikuti sertifikasi IPTL. Aisha menjelaskan isi laporannya yang meliputi DED lengkap bangunan, serta penentuan instalasi kelistrikan seperti titik lampu, penempatan saklar, dan stop kontak. Ia mengerjakan semua dengan mendetail karena kesalahan perhitungan beban akan berdampak fatal pada keseluruhan proyek. Menurutnya, kunci membuat portofolio itu niat, dan teliti.

Baca juga : Bersama Kementerian PUPR Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, ITN Malang Proaktif Beri Sertifikasi Kompetensi Bidang Konstruksi ke Alumni

Sementara Muh. Cahyo Samudro, memaparkan gambar instalasi yang meliputi gambar bangunan dan instalasi penerangan. Cahyo menekankan pentingnya sertifikasi ini sebagai syarat pendamping ijazah. “Apalagi di era sekarang kalau tidak ada surat atau sertifikat yang menunjang kami akan dianggap tidak mampu atau tidak layak,” katanya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023