Back

Alpukat Bawa Dua Mahasiswa ITN Malang Raih Best Speaker LKTI Nasional Avicenna 2024

Muhammad Al-fin Faiz (kanan), dan Muhammad Idi Jurdan, mahasiswa Teknik Elektro ITN Malang meraih Best Speaker Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Mahasiswa Avicenna 2024, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (Foto: Istimewa)


Malang, ITN.AC.ID – Alpukat akronim dari alat pengukur kualitas getah karet, membawa dua mahasiswa Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) meraih best speaker. Prestasi ini diperoleh oleh Muhammad Al-fin Faiz (2212037), dan Muhammad Idi Jurdan (2312046) pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Mahasiswa Avicenna 2024 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada bulan Mei 2024 lalu.

Dua mahasiswa Teknik Elektro S-1 ITN Malang ini mendapat tantangan untuk memberikan ide kreatif terkait “Inovasi Generasi Zillenial dalam Mewujudkan Generasi Emas 2045”. Ada 5 subtema yang dilombakan, yakni sosial, pendidikan, kesehatan, teknologi, dan ekonomi.

“Kami mengambil sub tema teknologi sesuai dengan jurusan kuliah kami di teknik elektro,” kata Muhammad Al-fin Faiz yang akrab disapa Alfin saat ditemui di Kampus 2 ITN Malang beberapa waktu lalu.

Baca juga : Dua Mahasiswa Kuliah di ITN Malang Lewat Beasiswa Pendidikan Indonesia

Dibawah bimbingan Alfarid Hendro Yuwono , SsT., MT, dosen Teknik Elektro ITN Malang, mereka masuk final setelah lolos seleksi full paper yang diumumkan pada April 2024. Ada 10 perguruan tinggi yang masuk final. ITN Malang meraih best speaker, Universitas Airlangga juara 1, Universitas Sriwijaya juara 2, Universitas Negeri Sebelas Maret juara 3. Juga masuk final Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Negeri Semarang, Universitas Jember, Universitas Mataram, dan Universitas Siliwangi.

Alfin dan Jojo sapaan dari Muhammad Idi Jurdan, merupakan mahasiswa asal Kalimantan Selatan, dimana Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi penghasil karet. Getah karet diperoleh dari hasil menyadap pohon para atau pohon karet. Jauhnya jarak lokasi petani ke pabrik membuat petani memilih menjual getah karet ke pengepul.

Muhammad Al-fin Faiz saat menerima Best Speaker Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Mahasiswa Avicenna 2024 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (Foto: Istimewa)

Menurut Alfin, Jojo dan keluarganya juga merupakan penyadap getah karet. Dari pengalaman Jojo getah karet yang dijual ke pengepul belum mengalami proses pengeringan. Sedangkan di pihak pengepul juga tidak melakukan pengukuran kekeringan karet dengan benar. Pengepul hanya menerka kadar kekeringan karet (KKK), dan memeriksa bagian dalam getah karet. Hal ini disebabkan tidak semua pengepul memiliki alat untuk mengukur KKK, seperti alat ukur TK-100 untuk mengukur kadar air.

“Sebenarnya di pasaran sudah banyak alat ukur KKK atau TK-100. Tapi harganya cukup mahal, jadi tidak semua pengemul mau membeli. Padahal salah satu penentu kualitas karet adalah kadar airnya. Karet yang masih basah harganya jauh lebih murah,” jelasnya.

Melihat masalah tersebut maka kedua mahasiswa ITN Malang ini membuat alat portable untuk mengukur kualitas karet dengan harga jauh lebih murah dari TK-100. Alat yang diberi nama Alpukat (alat pengukur kualitas getah karet) ini lebih ramah. Karena selain dapat untuk mengukur KKK, juga dapat untuk menghitung sekaligus menampilkan harga beli berdasarkan KKK yang sudah di ukur.

“Biaya membuatnya juga relatif lebih murah. Melalui penggunaan teknologi terkini, Alpukat diharapkan dapat memberi kontribusi positif dalam meningkatkan penjualan getah karet,” imbuhnya.

Baca juga : Asiknya Trial Class Teknik Elektro ITN Malang, Diajari Monitoring Jarak Jauh Menggunakan IoT

Menurut Alfin, sebenarnya LKTI tidak mewajibkan peserta membuat prototipe. Namun Alfin dan Jojo tetap melanjutkan penelitiannya hingga menghasilkan alat. Menurut mereka dengan adanya prototipe maka penelitiannya semakin lengkap. Mereka melakukan kalibrasi pada alat yang sudah ada agar sesuai standar. Kalibrasi adalah proses menentukan standar pengukuran agar akurat dan valid.

“Yang paling sulit kalibrasinya. Ada ratusan data yang harus kami masukkan. Dengan adanya Alpukat ini saat presentasi kami bisa menjelaskan lebih detail. Kalau tidak ada prototipe berarti penelitian kami hanya sekedar ide,” tuntasnya yang berniat kedepan mengembangkan penelitian tersebut. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023