Mahasiswa Kimia ITN Malang Ajari Warga Sumberejo Buat Pasta Tomat
Tim PPK Ormawa 2023 Teknik Kimia S-1 ITN Malang mengajari warga Desa Sumberejo, Kota Batu cara membuat pasta tomat. (Foto: Istimewa)
Malang, ITN.AC.ID – Melimpahnya sayuran dan buah tomat ketika musimnya tiba ternyata tidak semua bisa terdistribusi dengan baik. Sebagian yang tidak terjual akhirnya membusuk, dan terbuang. Kondisi ini dibidik oleh mahasiswa Teknik Kimia S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) untuk membantu warga desa dalam mengelola pasca panen tomat.
Lewat Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) 2023, mahasiswa ITN Malang memberi pelatihan pembuatan pasta tomat kepada warga Desa Sumberejo, Kota Batu, di Ground Desa Sumberejo, pada Sabtu (26/8/2023).
“Kami melihat fakta di lapangan ketika harga jual tomat tidak stabil ada tomat yang tidak laku terjual. Nah, yang tidak laku ini kami manfaatkan untuk diolah menjadi produk yang nantinya bisa dijual, sehingga menaikkan ekonomi masyarakat,” kata Adhisty Elcahyani, koordinator Tim Pengolahan Teknologi Bahan Makanan. Untuk anggota tim terdiri dari Claudya Dwi Sinta, Natarisa Putri Indra Sari, Nur Hijjatul Arofah, dan Betarina Natasya Febriani.
Menurut Adhisty, di Desa Sumberejo warganya ada yang menjual bakso, sempol, mie, dan lain-lain yang mana makanan tersebut memakai saos tomat sebagai pelengkap rasa. Tapi bedanya, bila menggunakan pasta tomat maka rasanya akan lebih nikmat. Pasalnya pasta tomat yang diajarkan oleh mahasiswa ITN Malang terbuat dari 100 persen tomat asli, dan tanpa MSG (Monosodium Glutamat) / penambah rasa.
Membuat pasta tomat pun mudah. Dibutuhkan setengah kilogram buah tomat untuk satu resep pasta yang menghasilkan dua botol pasta. Pertama-tama tomat direbus dengan metode blanching. Yaitu dengan merebus tomat ke dalam air yang mendidih dalam waktu yang cepat sekitar 3-5 menit. Metode blanching digunakan untuk memperpanjang proses pengawetan, melunakkan jaringan buah, menjaga agar vitamin yang terkandung tetap terjaga, serta warna tomat tetap cantik.
“Tomat sebelum direbut harus disayat dulu, agar memudahkan dalam mengupas kulitnya. Setelah tomat dikupas baru di blender dan disaring untuk mendapatkan sarinya,” kata Adhisty.
Baca juga : PPK Ormawa ITN Malang Bawa Inovasi Pascapanen Menuju Desa Sumberejo Mandiri
Sari tomat kemudian dimasak hingga mengental. Untuk menambah rasa bisa ditambahkan bawang putih halus yang sebelumnya telah ditumis, gula, dan garam. Untuk mendapat tampilan pasta tomat yang kental bisa ditambahkan CMC (pengental), dan sedikit natrium benzoat (pengawet).
Pasta kemudian dimasak kembali hingga matang. Harus dipastikan pasta benar–benar kental, dan dimasukan ke wadah dalam keadaan panas (hot filling) agar pasta dapat bertahan lama. Namun perlu hati-hati dalam pengemasan. Pasalnya kalau pasta terlalu panas botol bisa penyok, sedangkan dalam suhu dingin pasta tidak akan tahan lama.
Ibu-ibu warga Desa Sumberejo terlihat memasak pasta tomat. (Foto: Istimewa)
“Di sini kami menggunakan tomat buah. Karena kalau memakai tomat sayur dari segi warna kurang menarik. Pasta tomat kami buat tanpa MSG, jadi lebih sehat,” imbuhnya. Pelatihan pasta tomat diikuti oleh 15 peserta dari unsur BUMDES, PKK, dan KWT (kelompok wanita tani).
Sementara itu Dwi Ana Anggorowati, ST, MT, dosen pendamping mengatakan, tomat kalau diolah dengan baik selain memberikan nilai gizi yang bagus, juga akan memberikan masa simpan yang panjang, dan akan menambah nilai dari segi ekonomi.
“Masa simpan tomat segar hanya 3-5 hari. Kalau petani panennya banyak (ada yang tidak laku) maka bisa tidak ekonomis. Padahal kalau dibuat pasta tomat bisa sampai 6 bulan masa simpan. Selain bisa dikonsumsi oleh keluarga juga bisa dijual,” kata Ana akrab disapa yang mendampingi tim pembuatan pasta tomat bersama Ir. Faidliyah Nilna Minah, ST., MT.
Menurut Ana, animo peserta pelatihan sangat luar biasa. Mereka juga paham akan makanan sehat. Sehingga peserta menerima alternatif pasta yang terbuat dari tomat tanpa tambahan lainnya. “Kalau mau lama (masa simpan), bisa ditambah natrium benzoat. Tapi kalau untuk dimakan keluarga sebaiknya tidak ditambahkan apa-apa (pengawet),” lanjutnya.
Menurut Ana, testimoni peserta dari pelatihan pasta tomat hasilnya rata-rata sangat puas. Bahkan mereka berinisiatif keberhasilan dari program ini nantinya akan melahirkan pelaku wirausaha. Bahkan warga berharap bila kelak produk pasta tomat jadi, penjualannya bisa melewati BUMDES sebagai pintunya.
Baca juga : KKN Tematik Arsitektur Desa Kemantren Bidik Wisatawan Bromo
PPK Ormawa sebagai program pengabdian masyarakat menjadi ajang bagi mahasiswa untuk mentransfer keilmuan kepada masyarakat desa. Disini mahasiswa Teknik Kimia S-1 ITN Malang bisa mengajarkan kepada masyarakat tentang teknologi pascapanen, bioenergi, dan limbah.
“Mereka (mahasiswa) menjadi lebih percaya diri, berani mengemukakan mendapat, lebih bisa berkomunikasi dengan masyarakat. Membuka jaringan dengan hal-hal baru yang belum pernah mereka lakukan,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)