
SMA Wijaya Putra Surabaya Raih Juara 1 LKTI Elvion 34 ITN Malang, Tawarkan Solusi Kangkung untuk Limbah Sungai Benowo
Para juara LKTI Elvion 34 Teknik Lingkungan ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Persaingan ketat pada babak final Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI), Elvion 34 Teknik Lingkungan Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang), berakhir dengan kemenangan bagi tim dari SMA Wijaya Putra Surabaya. Tim ini berhasil meraih Juara 1 setelah menyajikan inovasi solusi limbah yang menarik dan aplikatif.
Final LKTI tingkat SMA/sederajat se-Jawa Timur ini mengusung tema “Transformasi Energi dan Lingkungan Berkelanjutan Menuju Masa Depan Hijau”, digelar di Aula Kampus 1 ITN Malang pada Kamis (23/10/2025). Tiga tim terbaik yang lolos ke final adalah SMA Negeri 1 Kepanjen, SMA Wijaya Putra Surabaya, dan MA Negeri 4 Jombang.
Setelah melalui serangkaian seleksi proposal yang dimulai sejak September 2025, dan bersaing dengan puluhan sekolah se-Jawa Timur, para finalis menunjukkan kemampuan ilmiah terbaik mereka. Dimana Juara 1 diraih oleh Tim Hayang Jajan dari SMA Wijaya Putra Surabaya. Disusul Juara 2 oleh Tim EscuBioTex dari SMA Negeri 1 Kepanjen, dan Juara 3 oleh Tim Glavorals Environment dari MA Negeri 4 Jombang.
Baca juga : Olahan Limbah & Biodiesel dari Jelantah! Siswa SMAN 4 Kota Malang ‘Bedah’ Rahasia Dapur Kimia di ITN Malang
Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL), Zulfikar Ramadani, menegaskan, lomba karya tulis ilmiah ini merupakan komitmen HMTL untuk terus menumbuhkan budaya ilmiah di kalangan pelajar melalui ajang LKTI. Adapun dewan juri yang bertugas menilai inovasi para peserta berasal dari dosen-dosen profesional Teknik Lingkungan ITN Malang, yaitu Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Sc; Ir. Sudiro, ST., MT., dan Anis Artiyani, ST, MT.
Tim Juara 1 Hayang Jajan dari SMA Wijaya Putra Surabaya, beranggotakan Nadhirah Aristawati, Amalia Putri Wijayanti, dan Vivit Wahyu Ningrum. Mereka memukau dewan juri dengan presentasi berjudul “Pemanfaatan Tanaman Kangkung dalam Menetralisir Limbah Logam Alkali Pada Air Sungai yang ada di Daerah Benowo Surabaya Barat”.

Ketua Program Studi Teknik Lingkungan, Dr. Ir. Hery Setyobudiarso, M.Sc., foto bersama Juara 1 dari Tim Hayang Jajan dari SMA Wijaya Putra Surabaya. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Sambil membawa alat peraga penelitian, mereka memaparkan bahwa air Sungai Benowo tercemar limbah rumah tangga dan LPA (Lokasi Pembuangan Akhir), yang menyebabkan air bersifat basa (pH 9) serta mengandung logam Natrium (Na) dan Kalium (K).
Temuan kunci penelitian mereka ternyata tanaman kangkung yang mampu menyerap logam Na dan K, yang notabene merupakan unsur makro bagi pertumbuhan kangkung, sehingga dapat tumbuh subur. Proses penyerapan ini berhasil menurunkan pH air hingga mencapai 7 (netral), yang efektif menjernihkan air dan menjaga kelestarian biota sungai. Mereka menyimpulkan adanya potensi besar budidaya kangkung air di sekitar Sungai Benowo sebagai solusi ramah lingkungan untuk memulihkan kualitas air, sekaligus membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar.
Sementara itu, tim Juara 2 EscuBioTex dari SMA Negeri 1 Kepanjen menawarkan solusi inovatif untuk masalah sampah plastik dengan menghadirkan bioplastik dari kulit singkong. Kulit singkong dipilih karena kandungan patinya yang unggul dan ketersediaannya melimpah. Untuk meningkatkan kualitasnya, mereka menambahkan ekstrak daun sirih yang berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri dan meningkatkan kualitas elastisitas bioplastik.
Baca juga : Elvion 34: Teknik Lingkungan ITN Malang Rayakan Dies Natalis ke-34 dengan Workshop dan Grand Final LKTI
Inovasi yang tak kalah menarik datang dari Tim Glavorals Environment dari MA Negeri 4 Jombang sebagai Juara 3, yang menawarkan solusi atas krisis sampah botol plastik sekali pakai (PET). Mereka mengembangkan Biokapsul Alginat sebagai alternatif kemasan air minum yang dapat terurai hayati atau bahkan dikonsumsi (edible water bubble).
Biokapsul ini memanfaatkan teknologi sferifikasi dari Natrium Alginat (polisakarida alami dari rumput laut) dan Ion Kalsium. Keunggulan utamanya adalah kemampuan terdegradasi sempurna dalam waktu singkat setelah digunakan, jauh lebih cepat daripada botol plastik yang butuh ratusan tahun. Tim ini menyimpulkan bahwa Biokapsul Alginat terbukti sangat layak dan menjanjikan, tidak hanya dari aspek lingkungan karena 100% biodegradable, tetapi juga dari aspek kesehatan (aman dikonsumsi) dan ekonomis (potensi efisiensi logistik). (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)



