
Teknik Informatika Gelar “Trial Class Augmented Reality” untuk Siswa SMK, Kenalkan Teknologi Interaktif
Para siswa SMK Negeri 2 Singosari Malang antusias mengikuti “Trial Class Augmented Reality” di Prodi Teknik Informatika S-1 ITN Malang. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Sebanyak 18 siswa kelas 10 dan 11 SMK Negeri 2 Singosari Malang tampak antusias mengikuti “Trial Class Augmented Reality” yang diselenggarakan oleh Program Studi Teknik Informatika S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang). Trial Class diadakan di Ruang Metaspace Gedung Informatika-Elektro Lt. 4 Kampus 2 ITN Malang, pada Senin, 26 Mei 2025,
Kegiatan ini memberikan pengalaman langsung kepada para siswa untuk mengenal lebih jauh teknologi Augmented Reality (AR) yang sedang berkembang pesat. Untuk pematerinya adalah anggota Metaspace Teknik Informatika ITN Malang, Mohamad Dimas Juliansyah, dan M. Hafill Birbiq, Koordinator Divisi 3D/ Immersive dari Metaspace.
Para peserta mendapat materi “Pengenalan Augmented Reality” oleh Mohamad Dimas Juliansyah. Ia menjelaskan dasar-dasar AR dan memperkenalkan area kerja pada software Unity, sebuah platform populer untuk pengembangan game dan aplikasi interaktif. Bagian yang paling menarik adalah “mini praktik AR”, di mana siswa diajak untuk langsung mengimplementasikan objek 3D ke dalam Unity.
“Kami memasukkan objek 3D ke dalam Unity, kemudian siswa bisa memindai (scan) objek tersebut menggunakan kamera laptop, baik dengan gambar di ponsel maupun kertas fisik,” jelas Dimas.
Ia menambahkan, dalam praktik ini siswa berhasil memindai maskot Metaspace ITN Malang dan mengembangkannya menggunakan Vuforia Engine. Vuforia Engine merupakan perangkat lunak pengembangan (SDK) untuk membuat aplikasi Augmented Reality (AR).
Sebagian besar siswa berhasil mengikuti praktik dengan baik, meskipun ada beberapa kendala teknis seperti masalah instalasi atau spesifikasi laptop.
Baca juga : Berlaku Hingga 2030, Teknik Informatika S-1 ITN Malang Kantongi Akreditasi Baik Sekali dari LAM Infokom
Sementara M. Hafill Birbiq mengajak para siswa untuk memahami pentingnya User Interface (UI) dalam aplikasi AR. UI adalah antarmuka utama yang menghubungkan pengguna dengan sistem. “Setelah materi awal bab 1 menampilkan objek, untuk UI bab 2 mempercantik tampilan seperti main menu dan lain-lain,” terangnya.
Dalam sesi praktik, siswa dibimbing untuk mengikuti modul yang sudah disiapkan. Mereka dipandu membuat tampilan yang lebih interaktif dan memudahkan pengguna dalam berinteraksi dengan objek AR. Seperti melakukan zoom atau memutar objek, serta menambahkan nama dan deskripsi.
Anggota Metaspace Teknik Informatika S-1 ITN Malang foto bersama dengan para siswa SMK Negeri 2 Singosari Malang usai acara trial class. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
“Prakteknya mereka sudah bisa menampilkan objek. Bab 2 membuat tampilan untuk user pengguna agar memudahkan berinteraksi dengan aplikasinya,” tambah Hafill.
Hafill menegaskan manfaat besar dari mempelajari AR. Ia mencontohkan bagaimana AR dapat digunakan di museum untuk menampilkan informasi detail suatu objek hanya dengan memindainya, atau dalam arsitektur untuk melihat visualisasi bangunan.
“Manfaatnya belajar ini biar kita bisa melek terhadap teknologi yang semakin berkembang pesat. Terutama teknologi AR yang sudah banyak dikembangkan untuk game, Google Maps, dll. Semua teknologi ini bisa memudahkan kehidupan sehari-hari,” paparnya.
Salah satu peserta, Moh. Miftahul Khoironi, siswa kelas 10 Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), mengaku sangat terbantu dengan trial class ini. Ia bahkan mengungkapkan cita-citanya untuk menjadi seorang game developer.
Baca juga : Teknik Informatika dan Bisnis Digital ITN Malang Teken MoA dengan National Dong Hwa University Taiwan
“Saya sudah riset, beberapa bulan mendalami game. Bersyukur, tema trial class ini pas banget memakai Unity Engine dan Godot Engine untuk special engine game. Ini wawasan baru. Saya kira Unity hanya untuk 3D ternyata bisa untuk 2D. Bisa akses multi platform,” ujarnya.
Antusiasme serupa datang dari Ken J Luffy yang tertarik untuk mengenal Unity sebagai software terkenal di dunia game. Ia mengaku banyak hal baru yang bisa dipelajari. “Banyak belajar Unity yang dikira hanya buat game saja ternyata bisa untuk kerja. Seperti arsitek untuk membuat bangunan 3D untuk virtual UI, VR dan lain-lain,” kata Ken yang mengaku sedang merintis sebagai content creator YouTube dan TikTok. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)