Akhmad Fatah Yasin Terpilih jadi Ketua Ikatan Alumni Arsitektur ITN Malang, Profilnya Patut Disimak
Akhmad Fatah Yasin, alumnus Arsitektur ITN Malang angkatan ’98 terpilih menjadi Ketua Ikatan Alumni Arsitektur ITN Malang (IAAI) masa bakti 2022-2026. (Foto: Istimewa)
Malang, ITN.AC.ID – Akhmad Fatah Yasin terpilih menjadi Ketua Ikatan Alumni Arsitektur, Institut Teknologi Nasional Malang (IAAI) masa bakti 2022-2026. Afys panggilan akrabnya terpilih dengan perolehan suara terbanyak dari rivalnya Ahmad Zuhdi, dan Usman Nofianto. Pemilihan Ketua IAAI ditetapkan pada Musyawarah Besar (Mubes) IAAI Fest 2.0 bertajuk Resolusi & Rekognisi, di Auditorium Kampus 1 ITN Malang, Sabtu (22/10/22). Afys memastikan dirinya akan melanjutkan program kerja kepengurusan sebelumnya di bawah kepemimpinan Muhammad Chottob W.
“Program yang ada (sebelumnya) sudah bagus tetap kami jalankan. Tentunya IAAI kedepan juga punya program-program sosial arsitektur. Seperti membuat karya (membantu) pemukiman-pemukiman kumuh. Kami juga akan berupaya membantu mencarikan CSR (Corporate Social Responsibility),” kata Afys.
IAAI merupakan organisasi yang menaungi alumni Arsitektur ITN Malang mulai angkatan ’84 hingga sekarang dan seterusnya. Menurut Afys bukan pekerjaan mudah menahkodai IAAI selama empat tahun kedepan. Namun, dengan kerjasama dan support alumni dari berbagai angkatan, kedepannya ia yakin IAAI akan semakin maju. “Saya yakin, dengan dukungan dan kemampuan teman-teman akan menjadi support bagi IAAI untuk maju,” lanjutnya.
Sosok Afys di mata alumni maupun civitas akademika Prodi Arsitektur ITN Malang tidak asing lagi. Alumnus’98 ini semasa kuliah memang aktif dalam berbagai organisasi. Baginya kuliah tidak hanya fokus pada akademik, namun juga perlu belajar manajemen dan organisasi. Kemampuan manajerial inilah yang nanti akan memberi nilai plus dan membantu ketika benar-benar masuk ke dunia kerja.
Awalnya, memutuskan kuliah di jurusan arsitektur merupakan “kecelakaan” bagi Afys. Ia juga tidak menyangka pilihannya di bidang arsitektur akan membawanya melewati berbagai rintangan. Hingga akhirnya sukses mengelola Biro Arsitek bernama Imajiner Arsitek di Kota Batu.
Baca Juga : Menuju Mubes, Ikatan Alumni Arsitektur ITN Malang (IAAI) Gelar Berbagai Acara
“Sebenarnya menjadi arsitek bukan cita-cita saya. Ini karena “kecelakaan”. Awalnya saya ingin menjadi dokter. Karena tidak lolos dan keluarga menawari (kuliah jurusan) arsitektur, maka saya terima,” kenangnya.
Setelah menyelesaikan kuliah tepat waktu, Afys sempat kerja freelance. Tidak sampai satu tahun bekerja ia direkrut oleh kampus ITN Malang untuk bergabung menjadi arsitek lapangan mengerjakan pembangunan Kampus 2 ITN Malang. Satu tahun kemudian ia mendirikan CV yang bergerak dalam bidang kontraktor, namun kandas. Barulah di tahun 2005 Afys memulai karir berwirausaha dalam dunia arsitektur dengan mendirikan Studio Imajiner Arsitek.
Imajiner Arsitek sebagai studio perencana/biro arsitek memiliki pengalaman pekerjaan profesional dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan mulai dari rumah sederhana, interior, lanskap sampai bangunan sosial dan komersial. Di tahun 2008 Imajiner Arsitektur mulai bertumbuh dengan mengembangkan sistem profesional dengan bekerjasama dengan sub bidang lainnya seperti kontraktor, dan asisten arsitek.
Merintis Imajiner Arsitek penuh tantangan bagi Afys. Ia menuturkan, dua tahun awal merintis sempat tidak ada pekerjaan yang dikerjakan. Melihat kondisi tersebut mertua Afys menyarankannya untuk bekerja ke luar negeri, tapi ditolak. Afys masih berkeyakinan ia tidak salah dengan keputusannya menekuni dunia arsitektur.
“Saya juga pernah kena tipu. Mendapat pekerjaan kontraktor dengan mendapat pinjaman dana sekitar 200 juta rupiah, tapi nyatanya saya kena tipu. Waktu itu ada dana yang kembali tapi tidak banyak. Dari kegagalan, dan pengalaman-pengalaman itulah akhirnya saya banyak belajar,” lanjutnya.
Kerja keras dan konsisten menjadi bekal Afys untuk terus bekerja dan berkarya. Menurutnya tanpa sikap konsisten maka akan sulit memulai dan mengembangkan usaha. “Di titik dua tahun saya gagal. Tapi saya tidak lantas meninggalkan profesi saya sebagai arsitek. Karena saya yakin arsitek itu bukan hanya profesi. Karena ada unsur seni, kalau karya kita terbangun rasanya menjadi kebanggan tersendiri,” jelasnya.
Berbagai karya desain telah dihasilkan dari tangan dingin Afys. Salah satunya proyek Al-Izzah International Islamic Boarding School, Kota Batu yang telah ditekuninya selama 10 tahun sejak 2010. Proyek ini merupakan karya besar dan berkelanjutan. Imajiner Arsitektur selain mendesain rumah juga konsen mendesain masjid, dan pondok pesantren. Hingga mendapat julukan arsitek masjid dan pondok pesantren. Masjid yang pernah didesain tersebar diantaranya di Kota Malang, Kota Batu, Bawean, Bojonegoro, Mojokerto, Sumatera Barat, Jambi, dan lain-lain. Sementara pondok pesantren selain Al Izzah juga ada Pondok Pesantren Darus Shalawat Mojokerto, Internasional Islamic Boarding School Roushon Fikr Jombang, Ponpes Raudhatul Madinah Kota Batu, dan masih banyak lainnya.
Baca juga : Membangun Alumni, ITN Malang Gelar Reuni Akbar, dan Kongres IKANAS
“Memang orang mengenal saya sebagai arsitek masjid dan pondok pesantren. Agar biro dikenal masyarakat, saya mengawali dengan mengerjakan proyek-proyek sosial. Bagaimanapun juga bangunan yang paling banyak dilihat orang adalah masjid. Bahkan saya tidak berharap dibayar untuk desainnya. Dari sinilah biro (Imajiner Arsitek) banyak dikenal masyarakat,” ungkap putra asli Bawean ini.
Afys berharap mahasiswa khususnya Arsitektur ITN Malang terus bersemangat belajar dengan rajin, dan aktif berorganisasi. Bersilaturahmi kepada alumni yang sudah sukses juga menjadi cara untuk belajar dan mencari pengalaman lebih jauh. “Tempat kami membuka pintu kepada mahasiswa yang ingin berkunjung. Alhamdulillah dari kerja keras dan konsisten sudah ada 12 staf yang bernaung di Imajiner Arsitek,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)