Rektor ITN Malang Buka Workshop dan FGD Kedaireka di Desa Sumberejo, Kota Batu
Bersinergi. Kika: Rianto, Kepala Desa Sumberejo, Rektor ITN Malang Prof. Dr. Eng. Ir. Abraham Lomi, MSEE, dan Nurul Akbar, Ketua Bumdes Barokah Desa Sumberejo foto bersama di area eduwisata, Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu, Rabu (08/9/2021). (Foto: Mita/Humas)
Malang, ITN.AC.ID – Matching Fund Kedaireka, ITN Malang mulai menjalankan programnya di Desa Sumberejo, Kecamatan Batu, Kota Batu. Dimotori oleh Teknik Kimia S-1 dan Arsitektur S-1 ITN Malang, tim Kedaireka (Kedaulatan Indonesia dalam Reka Cipta) membuka kegiatan dengan “Workshop dan FGD Pengolahan Limbah Pertanian Menuju Eduwisata Ekologi”.
Rektor ITN Malang Prof. Dr. Eng. Ir. Abraham Lomi, MSEE, secara resmi membuka kegiatan Kedaireka dengan pemotongan tumpeng di Bumdes Barokah Sumberejo, Kota Batu, pada Rabu sore (08/9/2021). Kegiatan yang dihadiri oleh Kepala Desa Sumberejo, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Gapoktan, PKK, dan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Barokah sebagai mitra, juga melibatkan warga masyarakat Desa Sumberejo.
Prof Lomi sapaan akrab Rektor ITN Malang menyatakan, perjalanan mendapatkan hibah Kedaireka tidak mudah. Karena harus mencari mitra serta program betul-betul harus membawa manfaat bagi masyarakat. Di akhir program Kedaireka juga akan ada evaluasi dari Kemendikbud Ristek RI, sehingga tim Kedaireka serta mitra harus benar-benar mewujudkan program dengan penuh tanggung jawab.
“Kegiatan ini merupakan stimulus awal dari pemerintah. Dari ribuan proposal se-Indonesia kami bersyukur ITN Malang lolos di dalamnya. Kerjasama ITN dan mitra (Bumdes Barokah) akan mengembangkan potensi yang dimiliki desa. Sehingga nanti pasca program kita juga bisa mengevaluasi hasil dari kerjasama yang sudah dilakukan. Jadi, bila diperlukan pengembangan di sisi lain kami bisa mensupport lewat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM),” kata Prof Lomi.
Prof Lomi menambahkan, dari kegiatan ini tentu ada keinginan masyarakat untuk membangun desa, sehingga menjadi desa yang mandiri, bersih, dan sehat. Sehingga diharapkan pasca program akan memunculkan masyarakat yang mampu berinovasi dengan memanfaatkan potensi desa.
Bahkan Prof Lomi berharap program pemberdayaan masyarakat akan terus berlanjut. Setelah sebelumnya mengecek sekitar lokasi Bumdes, ada potensi untuk dikembangkannya energi terbarukan dengan sinar matahari, sedangkan sungai kecil di sisi bangunan Bumdes bisa dimanfaatkan untuk pikohidro.
“Aliran listrik dari panas matahari maupun dari pikohidro nantinya bisa digunakan oleh masyarakat untuk membangun usaha kecil. Kami harapkan dengan adanya pemberdayaan dari Teknik Kimia dan Arsitektur akan memberikan manfaat dan memberikan inspirasi masyarakat untuk membangun desanya,” harap Prof Lomi.
Sementara itu Kepala Desa Sumberejo, Rianto, menyampaikan terimakasih kepada ITN Malang. Apa yang menjadi mimpi masyarakat Desa Sumberejo untuk bisa meningkatkan perekonomian masyarakat dengan pemberdayaan mendapat fasilitas dari ITN Malang. Pasalnya Desa Sumberejo mayoritas petani sayur, sehingga program pengolahan limbah yang direncanakan dalam Kedaireka sangat cocok.
“Ini impian dari kami. Selain bisa mengurangi sampah dan penggunaan pupuk kimia, juga ada nilai ekonomis dari pupuk organik yang dihasilkan yang bisa dimanfaatkan oleh petani. Maka, kami pesankan kepada pengurus Bumdes harus ekstra hati-hati, karena ini suatu kepercayaan dan amanah,” kata Rianto berharap kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak untuk mendukung program yang berikan kepada Bumdes.
Setelah kegiatan pembukaan Matching Fund Kedaireka 2021 ada dua kegiatan yang menunggu. Yakni, workshop dan FGD (Focus Group Discussion) desain gapura, serta pelatihan pengolahan limbah pertanian. Kedua kegiatan ini diikuti oleh seluruh undangan yang hadir dengan menerapkan protokol kesehatan.
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Nanik Astuti Rahman, ST., MT, menjelaskan, forum diskusi (FGD) akan dilaksanakan oleh tim Arsitektur ITN Malang. Harapannya akan ada partisipasi dari masyarakat untuk bisa ikut merancang desain gapura dan mengaplikasikan potensi desa untuk eduwisata ekologi di Desa Sumberejo.
“Ini sebenarnya pertemuan kali kedua. Kami sudah melakukan pendataan awal, kemudian dilanjutkan hari ini. Rencananya akan ada 3-4 kali FGD untuk pelaksanaan desain eduwisata. Sementara untuk pengolahan limbah akan dipandu oleh tim Teknik Kimia secara kontinyu. Sampai didapatkan hasil yang sesuai dan layak diproduksi secara masal,” ujarnya.
Nanik mengatakan, target semua program Kedaireka akan usai di bulan Desember. Harapannya, kesuksesan Kedaireka ITN Malang ikut mengusung program MBKM yang digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud). Dimana perguruan tinggi diharapkan mampu mengaplikasikan MBKM di wilayahnya. Desa Sumberejo sebagai desa binaan dan laboratorium alam nantinya tidak hanya Teknik Kimia dan Arsitektur saja yang berperan. Nanik berharap dari jurusan lain bisa turut serta.
“Dengan keterlibatan jurusan lain yang ada di ITN, maka kami bisa bersama-sama melakukan transfer teknologi dari kampus ke Desa Sumberejo. Harapannya Sumberejo menjadi desa binaan yang betul-betul sesuai dengan keinginan yang sudah disampaikan dalam kerjasama antara ITN dengan Sumberejo,” tandasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)