Pentingnya Implementasi HACCP dalam Pengolahan Produk Makanan
Dwion Yunus, ST, Factory Manager PT Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group), memberi materi “Introduction and Implementation HACCP” dalam webinar Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, ITN Malang secara virtual, Sabtu, (08/05/2021). (Foto: Tangkapan layar zoom meeting webinar HMTK 2021)
Malang, ITN.AC.ID – Faktor kesehatan menjadi prioritas utama dalam pengolahan produk makanan. Mulai dari persiapan, pemrosesan, packing makanan sehingga bebas dari paparan zat kimia. Tempat dan alat pengolah makanan yang higienis juga perlu diperhatikan. Ilmu inilah yang harus dimiliki dan diterapkan dalam industri makanan oleh seorang engineer.
Melihat pentingnya HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Point) untuk mengontrol dan menganalisis bahaya dalam suatu produk makanan, maka Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK), Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mengadakan webinar Introduction and Implementation HACCP 2021 secara virtual lewat Zoom Meeting, Sabtu (08/05/2021).
Menurut Kaprodi Teknik Kimia S-1 ITN Malang, Mohammad Istnaeny Hudha, ST MT, HACCP merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang engineer. Pasalnya HACCP ini nantinya akan diterapkan ke dalam industri makanan. Apalagi sekarang hampir semua lowongan pekerjaan dalam industri makanan meminta pelamar untuk melampirkan bukti kompetensi pengawasan mutu makanan
“HACCP akan memastikan bahwa makanan yang akan dikonsumsi mulai dari persiapan bahan, proses, sampai packing terakhir dinyatakan aman. Ini merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki, jika nanti mahasiswa atau para peserta webinar berencana terjun ke dunia makanan,” kata Istnaeny dalam sambutannya.
Webinar menghadirkan dua narasumber kompeten dalam bidangnya. Yakni, Dwion Yunus, ST, Factory Manager PT Tirta Fresindo Jaya (Mayora Group) dan Dr. Yuyun Yuniati, ST., MT, dosen Program Studi Kimia Universitas Ma Chung.
Baca juga: Ikut TOT Center of Excellence MBKM, Prodi Teknik Kimia Siap jadi Trainer
Menurut Dwion Yunus, penerapan HACCP di industri makanan bertujuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan bahaya yang signifikan terhadap keamanan pangan. Banyak alasan HACCP diterapkan pada industri makanan. Antara lain, adanya permintaan konsumen terhadap produk makanan yang berkualitas dan aman dikonsumsi; adanya kasus keracunan makanan sampai berakibat fatality; dapat diterapkan pada seluruh rantai pangan mulai proses manufaktur, proses produksi hingga fasilitas yang dimiliki perusahaan; spesifik untuk setiap jenis produk, proses dan pabrik; serta sebagai prasyarat dalam penerapan sistem manajemen keamanan pangan.
“Jadi HACCP ini digunakan untuk mengidentifikasi bahaya pada keamanan pangan. Bukan bahaya pada keselamatan kerja. Keduanya suatu hal yang berbeda. Perlu kita ingat agar dalam identifikasi masalah setiap tahapan proses yang kita lakukan tidak sampai menyimpang dari bahaya keamanan pangan,” kata alumnus Teknik Kimia ITN Malang Angkatan 2000 ini.
Menurut Dwion secara garis besar ada 12 langkah implementasi dari tahapan HACCP. Seperti misalnya, pembentukan tim yang terdiri dari multidisiplin ilmu pengetahuan untuk menyusun dokumen dan menerapkan HACCP. Hal ini juga diuraikan oleh Dr. Yuyun Yuniati, ST., MT, dosen Program Studi Kimia Universitas Ma Chung.
Baca juga: Geodesy Goes to School 2021 Kenalkan Teknik Geodesi ITN Malang ke Pelajar
Menurut Yuyun 12 tahapan HACCP antara lain, menyusun tim HACCP, mendeskripsikan produk, mengidentifikasi penggunaan, menyusun diagram alir, verifikasi diagram alir, analisis bahaya dan identifikasi cara pencegahan, penetapan titik kendali kritis, penetapan batas kritis, pemantauan batas kritis, tindakan koreksi, prosedur verifikasi dan penyimpanan catatan dan dokumentasi.
“Dalam menyusun/membuat dokumen kita tidak bisa sendiri, kita butuh orang lain, makanya disinilah peran tim sangat penting. Begitupun mengenai tanggung jawab memasak dalam perusahaan tentu akan melibatkan multidisiplin ilmu. Ilmu Teknik Kimia dan juga ada Teknik Mesin, karena ada hubungannya dengan peralatan. Atau, melibatkan lulusan dari teknologi pangan. Jadi, semua berkontribusi terhadap proses. mulai dari penerimaan bahan baku sampai akhir. Personal-personal tersebut dilibatkan, kemudian ditetapkan ketua tim dengan syarat-syarat kompetensi yang harus dipenuhi (dimiliki),” ulasnya. (mer/Humas ITN Malang)