Halau Faktor Eksternal, Pembinaan Bela Negara Ajak Maba ITN Malang Terapkan Learning Organization
Gigantik ITN Malang 2023. Kapten Infantri Nurul Anam mengulas konsep bela negara yang menitikberatkan pada aspek psikologis pembangunan karakter bangsa dan jati diri berbasis Pancasila. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Gelaran kegiatan Gigantik sebagai Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) untuk menyambut mahasiswa baru 2023 dipadati dengan rangkaian acara yang wajib diikuti oleh seluruh maba. Menurut buku pedoman penyelenggaraan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek ada lima poin materi utama yang satu diantaranya adalah kehidupan berbangsa, bernegara, dan pembinaan kesadaran bela negara.
Kegiatan bela negara diwujudkan dalam dua jenis kegiatan, yaitu fisik latihan PBB dan TUS, serta latihan non fisik dalam bentuk pemaparan materi terkait giat bela negara seperti pembangunan karakter bangsa dan proxy war. Kedua kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari Rabu-Kamis (13-14/92023) lalu.
Untuk itu ITN Malang menggandeng Rindam V/ Brawijaya untuk memberikan pemaparan terkait dengan pembangunan karakter bangsa sekaligus melatih PBB dan TUS. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini terbagi menjadi 2 kelompok besar. Di hari ketiga Gigantik, usai apel pagi barisan dibagi menjadi 2 kelompok besar. Kelompok 1 digiring ke aula untuk mengikuti pemaparan tentang pembangunan karakter bangsa sedang sedang kelompok dua mengikuti latihan Peraturan Baris-Berbaris.
Baca juga : Gigantik ITN Malang Kuatkan Karakter Maba dengan Pelatihan Baris Berbaris
Materi bela negara yang pertama dipercayakan kepada Kapten Infantri Nurul Anam. Dihadapan 300-an mahasiswa ia mengulas konsep bela negara yang menitikberatkan pada aspek psikologis yaitu pembangunan karakter bangsa dan jati diri berbasis Pancasila. Demi mewujudkan masyarakat yang berkeadaban dalam berbangsa dan bernegara.
Rindam V/Brawijaya turut memberikan motivasi kepada mahasiswa baru ITN Malang. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
“Jadi Indonesia ingin mencetak generasi muda yang yang tidak saja berakhlak mulia namun juga kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, disiplin dan bertanggung jawab, serta penguasaan IPTEK yang mumpuni. Kebetulan kalian ini kan anak jurusan teknik pasti ilmu tentang teknologinya akan sangat matang,“ Kapten Anam berkata lantang.
Selain itu ia juga secara detail menjelaskan, karakter bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar yang begitu massive dan tidak terbendung, games dan penetrasi budaya asing (K-Pop). Oleh karena itu setiap insan harus berpegang teguh pada akar budaya bangsa dengan senantiasa menajamkan kewaspadaan terhadap pengaruh eksternal yang dapat mengancam jati diri bangsa.
Sementara itu, pemaparan materi bela negara hari kedua berkutat pada proxy war dan disampaikan oleh Kapten Arh Mulyono. Perang modern yang kita sendiri tidak tahu mana lawan kita; perang syber dan perang hybrid. Ini merupakan ancaman non militer sehingga tidak bisa diselesaikan dengan cara militer. Perang yang misi utamanya adalah mengendalikan dan bahkan merubah mindset generasi muda tanpa mereka sadari.
Baca juga : Masuki Dunia Perkuliahan, ITN Malang Bekali Maba dengan Penguatan Ketahanan Mental
“Bentuk perangnya ya seperti LGBTQ, gadget, games, dll. Bahkan yang sekarang trend itu yaitu belah bambu. Jadi, ada kelompok orang yang sengaja menciptakan konflik di suatu negara, misalnya ISIS yang ada di Timur Tengah. Ini sebenarnya setali tiga uang dengan devide et impera, politik memecah belah ala Belanda,“ papar Kapten Artileri Pertahanan Udara.
Guna menangkal semua pengaruh external yang menyerang saraf halus generasi muda, mereka harus punya konsep pemikiran dan ideologi berbangsa yang berdaulat. Menjunjung tinggi semangat kejujuran, keterbukaan, dan akhlak yang mulia. Tata kelola diri berbasis learning organization seperti planning, organizing, actuating, dan controlling. Dengan 4 pilar konsep belajar ini maka generasi muda kita akan tampil sebagai insan yang tangguh, berkesadaran penuh atas diri sendiri dan lingkungan, serta berwawasan global namun tetap menjaga kearifan lokal. (Rini Anjarwati/Humas ITN Malang)