Pujawali Ke-4 Pura AstawinayakaITN Malang Junjung Toleransi dengan Melibatkan Gereja
Upacara Pujawali Ke-4 Pura Astawinayaka ITN Malang. (Foto: Istimewa)
MALANG, ITN.AC.ID – Salah satu hari raya besar dalam upacara keagamaan Hindu adalah upacara Pujawali disebut juga sebagai Piodalan, Petoyan, atau Petirtaan. Piodalan tersebut dalam rangkaian upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi pada sebuah pura atau tempat suci, dimana saat odalan atau hari besar tersebut berlangsung dipimpin oleh orang suci seperti pemangku ataupun pandita.
Menurut Prof. Dr. Eng. Ir. I Made Wartana, MT., Pujawali dari kata Puja yang berarti memuja dan Wali berarti kembali. Pujawali sendiri sama artinya dengan Piodalan yang berasal dari kata wedal yang berarti keluar atau lahir, maka pada saat Piodalan (odalan) tersebutlah diperingati dan ditetapkan sebagai hari lahir sebuah pura atau bangunan suci. Sehingga bisa diartikan saat Piodalan/Pujawali/Petoyan umat Hindu memperingati hari kelahiran dari tempat suci tersebut, kalau pada manusia layaknya hari ulang tahun.
“Tempat suci dimanapun setiap siklus 6 bulanan ada upacara penyucian. Tapi di Pura Astawinayaka ini diambil 2 kali enam bulannya yang jatuh pada bulan mati atau tilem ke empat yang jatuhnya sekitar bulan Oktober ini,” kata Prof Made.
Baca juga : Mahasiswa Hindu Malang Raya Adu Kreativitas Membuat Gebogan di Pura ITN Malang
Ditambahkan Prof Made, Pura Astawinayaka ITN Malang ini memiliki hari yang ditetapkan hari suci untuk Piodalan ataupun Pujawali. Jatuhnya hari odalan atau Pujawali dari tempat suci tersebut. Berdasarkan perhitungan sasih yang merujuk pada kalender Saka yang jatuhnya setiap 1 tahun sekali, dan ada berdasarkan perhitungan wuku yang merujuk pada kalender atau penanggalan Bali yang jatuhnya setiap 6 bulan (210 hari) sekali.
Pura Astawinayaka di lingkungan kampus 2 ITN Malang mengadakan upacara Pujawali. (Foto: Istimewa)
Pujawali diawali dengan upacara Purwadaksina. Yaitu upacara untuk menghadirkan Sang Hyang Widhi di tempat suci, dituntun mengitari pura lalu diarahkan ke tempat penyucian. Setelah siap maka dilanjutkan dengan upacara sembahyang dengan semua umat. Ditengah acara akan ada Dharmawacana (semacam tausiah.red) dan tarian sakral. Setelah selesai dengan sembahyang diakhiri dengan pemberian tirte.
“Acara ini akan berlangsung nanti sampai tengah malam, kita menunggu semua umat yang berkenan hadir dan melakukan sembahyang di sini (Pura Astawinayaka). Ada juga tarian ritual topeng dan tarian persembahan sakral yang ditarikan oleh ibu-ibu anggota PHDI Malang Raya,” imbuh Prof Made.
Acara khidmat yang dilaksanakan pada Sabtu, (14/10/2023) ini dipimpin oleh seorang Pandita Satya Dharma Nirmala dari Singosari berserta para mangku yang berjumlah lebih dari 10 orang ini, dihadiri oleh seluruh umat Hindu se-Malang Raya yang tergabung dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia, seluruh alumni ITN Malang yang beragama Hindu yang tinggal di Malang, dan tentu saja para mahasiswa Hindu di ITN Malang. Para pendukung acara berjumlah lebih dari 100 orang yang meliputi penyanyi, penari, dan penabuh gamelan.
Baca juga : Meriahnya Perayaan Paskah di Gereja ITN Malang, Ada Panggung Rakyat dan Telur Paskah
Menariknya dari acara Pujawali ke-4 ini adalah acara terselenggara atas kerja sama dari pihak Gereja St. Thomas Aquinas ITN Malang yang kebetulan hanya berjarak kurang dari 10 meter dari pura. Sound system serta perlengkapan kursi dan karpet disediakan oleh pihak gereja. Sungguh merupakan wujud toleransi umat beragama yang nyata. Demi kelancaran acara Ari Wibisono selaku Pembina Mahasiswa Katolik ITN Malang rela menghabiskan waktu mengikuti jalannya prosesi dengan memastikan sound systemnya berjalan baik.
“Saya hanya membantu agar acara berlangsung dengan khidmat tanpa gangguan teknis. Meskipun bukan acara agama saya namun kami berkomitmen menjaga kerukunan dengan saling membantu,” tutur Ari saat ditemui di lokasi acara. (Rini Anjarwati/Humas ITN Malang)