
Tongkol Jagung Jangan Dibuang! Lulusan ITN Malang Buktikan Bisa Jadi Biobriket Berkualitas
Adam Yonanda, lulusan terbaik Teknik Kimia S-1, Fakultas Teknologi Industri (FTI), ITN Malang pada wisuda ke 73 tahun 2025.
Malang, ITN.AC.ID – Adam Yonanda, lulusan terbaik Program Studi Teknik Kimia S-1, Fakultas Teknologi Industri (FTI), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) berhasil mengembangkan biobriket berkualitas tinggi dari limbah tongkol jagung. Penelitiannya tidak hanya menghasilkan inovasi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga mengantarkannya pada berbagai prestasi selama masa kuliah.
Dalam bidang akademik putra kelahiran Sidoarjo ini berhasil meraih berbagai prestasi semasa kuliahnya, antara lain: lolos pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan dua kategori, yaitu PKM Riset Eksakta (RE) dan PKM Karsa Cipta (KC) tahun 2023, lolos pendanaan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) dan Abdidaya PPK Ormawa pada tahun yang sama. Selain itu ia juga didapuk sebagai asisten Laboratorium Kimia Dasar dan Operasi Teknik Kimia, serta aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK).
Baca juga:Bersama PPK Ormawa ITN Malang, Desa Sumberejo Buat Biobriket Potensi Ekspor
“Kegiatan yang paling berkesan selama kuliah ketika tim kami lolos Abdidaya PPK Ormawa. Ini merupakan pencapaian luar biasa di tingkat nasional,” tuturnya Adam.
Biobriket dari tongkol jagung buatan Adam Yonanda, lulusan terbaik Teknik Kimia S-1, ITN Malang.
Dengan kemampuan akademiknya Adam berhasil menyelesaikan studi 3,5 tahun, dengan IPK 3,94. Ia ikut dikukuhkan pada wisuda ke 73 periode 1 tahun 2025. Adam memprioritaskan kuliah di atas organisasi dan kegiatan lainnya. Ia mengatur jadwalnya dengan baik agar dapat mengikuti kegiatan organisasi tanpa mengganggu kuliah. Untuk belajar ia lebih fokus memahami penjelasan dosen dan mencatatnya dengan baik.
“Biasanya saya belajar ketika akan menghadapi ujian dengan membuka catatan dan buku untuk merefresh pemahaman. Saya melakukan metode tersebut, makanya ketika kuliah saya harus benar-benar memahami penjelasan dosen dan mencatatnya untuk mempermudah belajar,” ungkapnya.
Pada tugas akhirnya Adam mengangkat judul “Optimalisasi Jenis dan Konsentrasi Perekat Alami Terhadap Karakteristik Biobriket Tongkol Jagung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variasi tepung tapioka, tepung sagu, dan tepung terigu terhadap karakteristik biobriket berbahan dasar tongkol jagung.
“Saat ini kita diambang kelangkaan bahan bakar fosil, padahal di sisi lain limbah tongkol jagung melimpah. Maka, kami ingin memanfaatkan limbah ini sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dalam bentuk biobriket,” kata alumnus SMAN 1 Gedangan, Sidoarjo ini.
Menurut Adam, penggunaan perekat merupakan salah satu elemen penting dalam pembuatan briket yang berkualitas. Perekat tidak hanya berperan dalam menjaga kerapatan briket, tetapi juga mempengaruhi kualitas produk secara keseluruhan. Jenis perekat yang berbeda akan menghasilkan kualitas briket yang berbeda pula, karena adanya perbedaan komposisi kimiawi antar perekat.
Adam menguji tiga jenis perekat, yakni tepung tapioka, tepung sagu, dan tepung terigu dengan konsentrasi yang berbeda untuk mendapatkan hasil optimal. Pengujian karakteristik biobriket meliputi kadar air, kadar abu, nilai kalor, dan laju pembakaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket dengan perekat tapioka 15 persen memiliki karakteristik terbaik.
“Biobriket ini telah memenuhi standar Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian juga menunjukkan bahwa limbah tongkol jagung dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif yang berkualitas,” jelas Adam, yang dibimbing dosen pembimbing Dr. Elvianto Dwi Daryono, ST., MT.
Proses pembuatan biobriket sangatlah sederhana. Dimulai dengan mengkarbonisasi 1 kg tongkol jagung hingga menghasilkan 600 gram arang. Arang tersebut kemudian dihaluskan menggunakan grinder dan diayak (saring) menggunakan ayakan ukuran 60 mesh hingga didapatkan serbuk arang. Kemudian serbuk arang dicampur dengan perekat alami seperti tepung tapioka.
Baca juga:SAWFIER Ubah Air Laut jadi Air Bersih Ciptaan Mahasiswa ITN Malang
“Jika sudah tercampur dalam wadah, kita tambahkan air hangat secukupnya dan diaduk hingga kalis. Pengalaman yang kami buat dari 50 gram serbuk arang bisa menghasilkan 3 buah briket,” ujarnya. Penelitian Adam diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan di Indonesia.
Putra pasangan Agus Yulianto dan Yani Maryani ini merasa sangat beruntung mendapat banyak kesempatan bisa mengasah kemampuan, dan memiliki dosen yang sangat suportif di Teknik Kimia ITN Malang. “Saya sangat menikmati pengalaman berkuliah jurusan Teknik Kimia di ITN Malang,” pungkasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)