Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Buka Diskusi Energi Baru Terbarukan Sebagai Energi Masa Depan
Yuliansyah, ST, Senior Process Engineer PT Petro Oxo Nusantara saat memberikan materi pada seminar nasional Mahasiswa Teknik Kimia ITN Malang. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Energi baru terbarukan (EBT) selalu menjadi diskusi hangat di kalangan akademisi. Apalagi saat ini secara bertahap Indonesia akan mengurangi emisi global dengan mengurangi energi fosil dan memanfaatkan energi terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan. Potensi energi terbarukan sebagai energi masa depan inilah yang diangkat pada seminar nasional Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK), Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Mengusung tema Optimalisasi dan Inovasi Potensi Energi Baru Terbarukan sebagai Energi Masa Depan, HMTK mengundang narasumber Yuliansyah, ST, Senior Process Engineer PT Petro Oxo Nusantara, dan Cindy Mutiara Septani, ST., M.SC., PH.D, dosen Teknik Kimia S-1 ITN Malang. Bertempat di Ruang Amphi Lt 3 Gedung Elektro Kampus 2 ITN Malang pada Sabtu (19/3/2023) lalu. Seminar tidak hanya diikuti oleh mahasiswa ITN Malang, namun juga diikuti oleh mahasiswa dari UB, dan Polinema.
Baca juga : SMK PGRI 3 Malang Belajar Sistem Ketahanan Listrik EBT di ITN Malang
Novita Yuly T, ketua pelaksana seminar menerangkan, mahasiswa sebagai agent of change selayaknya membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Baik yang didapat dari kegiatan akademik maupun non akademik. Adanya kajian dari praktisi dan akademisi inilah yang akan memperkaya pola pikir mahasiswa. Sehingga kelak mahasiswa bisa bersaing dalam dunia kerja.
“Kami ingin membentuk pola pikir dan sikap mahasiswa terhadap sebuah isu. Sekaligus meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang energi. Sehingga kelak mampu menerapkan ilmunya di masyarakat,” ujar Novita.
Cindy Mutiara Septani, ST., M.SC., PH.D, dosen Teknik Kimia S-1 ITN Malang menjelaskan secara gamblang EBT sebagai energi masa depan. (Foto: Istimewa)
Dalam penjelasannya Yuliansyah, ST menyatakan, Indonesia memiliki potensi EBT yang beragam, namun sayangnya selama ini kurang disosialisasikan. Berbicara masalah EBT Yuliansyah mengapresiasi HMTK dalam mengangkat sebuah isu dengan narasumber lintas profesi. Selain Yuliansyah yang didapuk mewakili praktisi, juga ada Cindy Mutiara Septani sebagai perwakilan akademisi. Maka kedepannya perlu ada perwakilan dari pemerintah untuk menjelaskan terkait peraturan dan undang-undang pemanfaatan EBT.
“Sosialisasi EBT sebagai brainstorming dan harus selalu didiskusikan lebih lanjut. Kita harus tahu problematika sebelum kemudian mengambil kesimpulan,” katanya.
Sementara Cindy Mutiara Septani menjelaskan, Indonesia saat ini menargetkan bauran EBT 23% pada 2025, namun sampai dengan 2022 realisasi bauran EBT baru mencapai 14,11%. Padahal Indonesia sangat kaya EBT. Seperti energi angin, energi air, energi surya, energi panas bumi, energi biofuel, dan energi gelombang laut.
Menurut Cindy, energi surya memang memiliki kelebihan, namun saat ini masih ada kekurangan. Semisal biaya awal penggunaan energi surya yang tinggi, sistem penyimpanan energi terutama baterai masih mahal, bergantung pada adanya sinar matahari, serta faktor lingkungan yang mempengaruhi konversi energi.
Baca juga : PLTS ITN Malang jadi Wisata Edukasi
“Maka peran perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk mengembangkan sistem yang lebih efisien. Mengembangkan sistem baterai untuk offgrid, teknologi penyimpanan energi secara hybrid dengan fuel cell, serta proses hybrid PV-fuel cell untuk sumber energi hidrogen. Sehingga hidrogen yang dihasilkan PV bisa menjadi sumber bahan bakar transportasi,” jelasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)
Tagar: EBT, Energi Baru Terbarukan