Dua Mahasiswa Kuliah di ITN Malang Lewat Beasiswa Pendidikan Indonesia
Muhammad Idi Jurdan, mahasiswa Teknik Elektro S-1 ITN Malang kuliah dengan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI). (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang) tahun ini menerima dua mahasiswa pembiayaan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemendikbudristek tahun 2023. Yakni, Muhammad Idi Jurdan merupakan mahasiswa baru angkatan 2022-2023, dan Muhammad Al-Fin Faiz merupakan mahasiswa on going angkatan 2021. Keduanya merupakan mahasiswa Teknik Elektro S-1 ITN Malang.
Beasiswa Pendidikan Indonesia adalah program beasiswa Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan dan membangun sumber daya manusia Indonesia, yang mendukung percepatan pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. BPI merupakan program kerja sama antara Kemendikbudristek dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Muhammad Idi Jurdan yang akrab disapa Jojo merasa bersyukur akhirnya bisa kuliah di jurusan yang ia minati di Teknik Elektro S-1 ITN Malang. Berasal bukan dari keluarga berkecukupan Jojo melihat peluang beasiswa BPI bisa meng-cover 100 persen dana pendidikan.
“Alhamdulillah kesampaian juga bisa kuliah ke luar daerah. Selain dana pendidikan saya juga mendapat uang bulanan 1,4 juta perbulan, dan uang buku 5 juta per tahun. Transport ke Malang juga ter-cover. Nanti biaya-biaya selama kuliah tinggal mengajukan ke PBI (berupa invoice dari ITN Malang),” kata Jojo saat ditemui di Ruang Humas ITN Malang, Jumat (06/10/2023).
Baca juga : HUT Ke-78 RI, ITN Malang Beri Penghargaan Kepada 124 Mahasiswa
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini termotivasi untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi, mengingat kedua kakaknya tidak bisa mengenyam bangku perguruan tinggi. Semangat dan dorongan dari dalam dirinyalah yang kemudian membawanya mendapatkan BPI. Apalagi sebelumnya ada kakak tingkatnya yang mendapatkan beasiswa serupa.
Untuk memburu beasiswa Jojo mengaku telah mempersiapkan diri sejak memasuki bangku SMK. Mulai kelas 10 ia aktif mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI). Selama 3 tahun sekolah di SMK ia total meraih 11 juara dari puluhan LKTI yang ia ikuti. Sertifikat dari prestasi-prestasi itulah yang kemudian memberi nilai plus dalam mendaftar BPI selain pengumpulan dokumen dan esai, serta wawancara.
Muhammad Idi Jurdan saat mendapat Juara 1 LKTI di salah satu universitas. (Foto: Istimewa)
“Awalnya mengumpulkan dokumen dan esai sepanjang 2.500 kata. Juga LoA dari ITN Malang (Letter of Acceptance surat pernyataan bahwa telah diterima di sebuah perguruan tinggi). Setelah dinyatakan lolos baru tahap wawancara secara daring. Saya berhadapan dengan 3 penguji, dengan durasi waktu 45’-1 jam,” cerita pemuda asal Kalimantan Selatan ini.
Tahapan wawancara pun berjalan lancar. Kebiasaannya ikut LKTI membantunya terbiasa berhadapan dengan orang lain. Ikut lomba sudah menjadi hobi yang dipupuknya sejak dini. Disela-sela kesibukannya sekolah, Jojo memang gemar membuat proyek. Salah satunya proyek Amank Air sebuah alat pendeteksi banjir. Alat ini bisa memberikan informasi tingkat/kondisi banjir. Ia juga pernah membuat alat mikrokontroler, saat alat yang dibuat bagus proyeknya bisa diikutkan LKTI. Tidak hanya itu saja, bersama teman-temannya ia juga gemar mencari informasi lomba ke kampus-kampus.
“Ikut lomba itu seru, dan rame. Melakukan presentasi di depan banyak orang, bonusnya bisa jalan-jalan ke luar kota,” ucapnya.
Rabu 20 September 2023 kemarin Jojo dinyatakan lulus BPI. Padahal Gigantik /PKKMB ITN Malang telah digelar di awal September 2023. “Saya awal mendaftar ke ITN telah memberitahu ke PMB untuk pembayaran DPP dan lain-lain menunggu dana PBI. Kalau lolos PBI ya saya akan lanjut kuliah di ITN, kalau tidak mungkin belum menjadi rejeki saya,” aku Jojo.
Baca juga : Lima Tim SMK/SMA Sederajat Adu Ketangkasan LKTI Quality Innovation Research 2023
Nyaris 3 minggu Jojo tertinggal pelajaran dari teman-temannya. Untuk itu Jojo saat ini sedang memfokuskan diri memburu ketertinggalan materi pelajaran dari teman-temannya.
“Senang luar biasa, karena dari keluarga orang tua petani saya bisa kuliah ke luar daerah. Semoga saya segera bisa mengejar ketertinggalan kuliah. Kedepan kalau memungkinkan bisa berlanjut ikut lomba. Harus lulus 4 tahun juga, karena beasiswanya hanya 4 tahun,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)