Back

Soofiyah Dhiya Ulhaq Buat Bio Briket dari Bambu dan Kubis Solusi Atasi Krisis Energi

Soofiyah Dhiya Ulhaq lulusan terbaik Teknik Kimia S-1, Fakultas Teknologi Industri, ITN Malang, pada wisuda ke 70 tahun 2023. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)


Malang, ITN.AC.ID – Bio briket terbuat dari limbah organik, merupakan bahan alternatif pengganti energi bahan bakar fosil. Dari tangan Soofiyah Dhiya Ulhaq tercipta bio briket dari batang bambu dan limbah kubis sebagai pengganti arang. Sofi merupakan lulusan terbaik Teknik Kimia S-1, Fakultas Teknologi Industri (FTI), Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang).

Peraih IPK 3,83 ini mengungkapkan, bio briket dapat dijadikan bahan bakar alternatif yang diharapkan mampu mengatasi krisis energi (fosil), karena berasal dari bahan yang mudah didapat, murah, dan menggunakan teknologi sederhana. Dalam penelitiannya ia mengangkat judul Pengaruh Variasi Kuat Tekan Alat Press Dan Variasi Komposisi Batang Bambu Dengan Limbah Sayuran Kubis Terhadap Kualitas Biobriket.

“Cadangan energi fosil di dunia tiap tahunnya semakin berkurang, sedangkan kebutuhan energi terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, dan sektor industri. Maka, pembaruan harus dilakukan sebagai terobosan antisipasi untuk menghasilkan energi alternatif pengganti bahan bakar fosil,” ujarnya yang ikut diwisuda pada wisuda ke 70 ITN Malang tahun 2023.

Dibawah bimbingan dosen Dwi Ana Anggorowati, ST, MT., dalam penelitiannya Sofi memperhatikan masalah limbah sayur kubis di Kota Batu yang belum tertangani secara baik. Biasanya limbah kubis dibuang begitu saja sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Kubis dipilih karena mengandung air yang rendah serta mengandung serat, sehingga kandungan selulosa berpotensi diolah menjadi briket. Sedangkan bambu dipilih karena mengandung kadar selulosa dan lignin yang tinggi, yakni selulosa 42,4 – 53,6% dan lignin 19,8 – 26,6%.

“Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas biobriket yang terbaik. Ditinjau dari pengaruh kuat tekan dan variasi komposisi bambu dengan kubis. Untuk metode dalam pembuatan briket saya menggunakan metode karbonisasi,” terangnya.

Baca juga : PPK Ormawa ITN Malang Siap Bersaing di Abdidaya 2023

Dari hasil penelitiannya didapatkan rasio pencampuran bio briket yang terbaik menghasilkan nilai kalor tertinggi terdapat pada campuran bambu 80 persen dan kubis 20 persen. Dari hasil kuat tekan, nilai kalor, kadar air, kadar abu, volantille matter, laju pembakaran, dan kadar karbon telah memenuhi standar SNI biobriket (SNI 01-6235- 2000).

“Karena kandungan selulosa bambu itu memiliki nilai komposisi terbesar yang berkontribusi pada laju pembakaran yang baik,” serunya.

Bio briket dari batang bambu dan limbah kubis sebagai pengganti arang hasil penelitian Soofiyah Dhiya Ulhaq. (Foto: istimewa)

Cara membuat biobriket dari bambu dan kubis juga relatif mudah. Bambu dan kubis dipotong kecil-kecil dan masing-masing dikeringkan secara terpisah. Kemudian dilakukan proses karbonisasi atau pengarangan. Setelah menjadi arang kemudian dijadikan tepung dengan cara dihaluskan. Bisa dengan blender atau alat lainnya.

“Nah, kemudian kedua tepung tersebut dicampur sesuai takaran yang dibutuhkan (untuk penelitian). Sebagai perekat saya tambah tepung tapioka. Baru kemudian dicetak, dan dikeringkan menggunakan oven untuk mengurangi kadar airnya,” beber dara asli Kabupaten Malang ini.

Menurut Sofi bio briket sangat aman terhadap lingkungan. Pembakarannya tidak menimbulkan asap, jelaga, maupun bau yang mengganggu.

Berbeda dengan skripsinya, Sofi mengambil judul Pra Rencana Pabrik Vinil Klorida dari Asetilena dan Hidrogen Klorida Dengan Kapasitas 70.000 ton/tahun, dengan dosen pembimbing Dr. Elvianto Dwi Daryono., ST., MT.

Vinil klorida adalah senyawa kimia tidak berwarna dengan kemurnian 99,5 persen. Senyawa ini dengan adanya ikatan rangkap dapat terjadi reaksi polimerisasi dan kopolimerisasi. Vinil klorida digunakan sebagai bahan plasticizer karena memiliki efisiensi energi yang tinggi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan untuk proses polimerisasi PVC serta resin kopolimer.

“Pabrik vinil klorida ini rencananya akan didirikan di Kawasan Industri KIIC, Karawang, Jawa Barat dengan kapasitas 70.000 ton/tahun, dan mulai beroperasi pada tahun 2027. Model operasi yang diterapkan adalah sistem kontinyu dengan waktu operasi 330 hari/tahun dan 24 jam/hari,” tuturnya.

Baca juga : Bangkitkan Kepedulian Lingkungan, Mahasiswa ITN Malang Ikut Tanam Pohon di TPA Supit Urang

Sofi memperhatikan utilitas yang digunakan. Meliputi air, steam, bahan bakar, listrik dan refrigerant, dengan bentuk perusahaan adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan struktur organisasi garis dan staf.

“Dari hasil evaluasi ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik vinil klorida dari asetilen dan hidrogen klorida dengan kapasitas 70.000 ton/tahun layak untuk didirikan,” tuntasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)

Copyright - PERKUMPULAN PENGELOLA PENDIDIKAN UMUM DAN TEKNOLOGI NASIONAL - ITN MALANG - Powered by - PUSTIK 2023